- Serdadu Korsel terkenal tak pernah meninggalkan siapa pun dalam keadaan hidup di belakangnya.
- Mereka membantai penduduk desa. Satu korban selamat mengejarnya selama setengah abad lebih dan menang.
JERNIH — Nguyen Thi Thanh, satu dari belasan korban selamat kejahatan serdadu Korea Selatan (Korsel) dalam Perang Vietnam, akhirnya mendapatkan keadilan dan berhak atas kompensasi 23.900 dolar, atau Rp 361 juta, yang dibayarkan pemerintah Korsel.
Park Jin-soo, hakim di Pengadilan Distrik Pusat Seoul, memutuskan Nguyen Thi Thanh adalah korban keganasan Brigade Marinir Kedua Korsel yang melakukan pembantaian di dua desa di Vietnam (Selatan).
Nguyen (baca: Nuen) Thi Thanh kini berusia 62 tahun. Ia berjuang selama 55 tahun untuk mendapatkan keadilan. Tahun 2020, pengacara yang mewakilinya mengajukan kasus itu ke pengadilan Seoul. Kemenangan Nguyen Thi Thanh diharapkan menjadi preseden baik untuk menuntut kekejaman serdadu Korsel dalam Perang Vietnam.
Prajurit Biadab Korsel
Korsel mengirim 320 ribu tentara untuk mendukung upaya perang AS di Vietnam, dan menjadi kontributor terbesar bagi Paman Sam selama Perang Vietnam. Negara lain yang mengirim tentara adalah Australia, Selandia Baru, Thailand, dan Filipina.
Di Vietnam, serdadu Korsel terlibat dalam kebrutalan luar biasa. Salah satu kebrutalan itu terjadi di dua desa; Phong Nhut dan Phong Nhi, pada 12 Februari 1968. Lebih 70 penduduk desa tak bersenjata ditembak atau ditusuk bayonet sampai mati.
Nguyen Thi Thanh ditembak di perut tapi selamat bersama sauara laki-lakinya dan 18 penduduk desa lainnya. Lima anggota keluarga Nguyen Thi Thanh tak selamat.
Serdadu Korsel saat itu terkenal dengan sebutan ‘mereka yang tak pernah meninggalkan korban hidup di belakang’. Mereka tidak hanya membantai di dua desa itu, tapi juga di desa lain. Kebrutalan mereka memicu kebiadaban yang dilkakukan serdadu AS di My Lai.
Setengah abad setelah pembantaian di Phong Nhi dan Phong Nhut, serdadu Korsel yang terlibat mungkin telah lupa. Nguyen Thin Thanh tidak. Ia berusaha mencari keadilan.
Bersama penduduk desa yang selamat ia membangun monumen peringatan berisi korban pembantaian, dan tak henti meminta Korsel bertanggung jawab.
Tahun 2020, seorang pengacara mengajukan kasus ini ke pengadilan. AS juga membuka dokumen militernya, dan Ryu Jin-seong — pensiunan marinir Korsel berusia 76 tahun yang terlibat dalam pembantaian itu — muncul di pengadilan dan memberi kesaksian.
Ryu membenarkan semua cerita Nguyen Thi Thanh, yang membuat hakim tidak ragu memutuskan kasus ini. Marinir AS yang ditempatkan di Dien Ban saat peristiwa terjadi mengatakan melihat asap dari rumah penduduk di Phong Nhi dan Pong Nhut.
Sejumlah foto yang diambil marinir AS menjadi bukti lain di persidangan. Pembantaian Phong Nhi dan Pong Nhut itu ada, dengan pelakunya adalah marinir Korsel.
Hampir 3,5 juta penduduk Vietnam, Laos dan Kamboja tewas selama dua dekade konflik di Vietnam. Konflik dimulai setelah Vietnam terpecah; Selatan dan Utara, tahun 1955.
AS menopang keuangan Vietnam, sampai akhirnya terlibat langsung dalam perang sejak 1964. AS mengirim pasukan, dan mengundang negara lain untuk terlibat.
Korsel, yang diselamatkan AS dari agresi komunis Korea Utara, yang paling bersemangat membantu AS. Serdadu Korsel, yang mungkin masih dendam dengan komunis, seperti melampiaskan dendamnya kepada rakyat Vietnam.
Tahun 1972 AS menarik diri dari Vietnam. Serdadu Korsel pulang dengan membawa kisah kebrutalan yang seolah abadi. Namun, hanya Nguyen Thi Thanh yang coba mengungkapnya.