BRASILIA-Presiden Brasil, Jair Bolsonaro mengancam keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setelah badan kesehatan PBB itu memberi peringatan pemerintahannya terkait resiko yang akan terjadi karena pemerintahnya melakukan pelonggaran lockdown sebelum kasus Covid-19 melambat. Ancaman itu dikeluarkan pada pada Jumat (5/6/2020).
Dengan tegas Bolsonaro mengatakan komentarnya di depan wartawan bahwa Brasil akan mempertimbangkan meninggalkan WHO kecuali jika badan PBB itu tidak lagi menjadi organisasi politik partisan.
Juru bicara WHO Margaret Harris mengomentari upaya melonggarkan pembatasan sosial di Brasil meski tingkat kematian harian dan infeksi meningkat dengan mengatakan kriteria kunci melonggarkan lockdown adalah memperlambat transmisi. “Epidemi dan wabah di Amerika Latin sangat memprihatinkan,” katanya dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss.
Baca juga: Astaga, Trump Diminta Diam oleh Kepala Polisi Texas
Haris menyebut ada enam kriteria utama untuk melakukan pelonggaran karantina, salah satunya adalah penurunan transmisi.
Hingga saat ini rekor kematian harian Brasil akibat Covid-19 cukup tinggi bahkan telah melewati Italia. Namun Bolsonaro memaksakan niatnya untuk cepat melonggarkan perintah isolasi negara bagian. Bolsonaro menggunakan alasan ekonomi yang terpuruk sebagai alasan dan mengabaikan risiko kesehatan masyarakat.
Surat kabar Folha de S.Paulo, sebuah harian Brasil, dalam tajuk rencananya di halaman depankoran itu menyebut “hanya 100 hari sejak Bolsonaro menggambarkan tentang virus corona itu, sekarang Covid-19 telah membunuh seorang warga Brasil per menit. Ketika Anda membaca ini, seorang warga Brasil lainnya meninggal karena virus corona,” tulis surat kabar itu.
Baca juga: Ikut Unjukrasa, Anak Walikota New York Ditangkap
Sementara Kementerian Kesehatan Brazil Kamis malam merilis kasus positif Covid-19 yang menjangkiri warga Brasil meningkat melebihi 600.000 dengan 1.437 kematian dalam waktu 24 jam terakhir. Sedangkan total korban meninggal lebih 34.000 orang.
Saat ini Brasil menjadi negara yang menduduki peringkat tiga kematian terbanyak di dunia di bawah Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Bulan lalu, Presiden AS Donald Trump, mengatakan bahwa AS akan mengakhiri hubungannya dengan WHO. Trump bahkan menuduh WHO adalah boneka Tiongkok.
(tvl)