London — Sebelum Cina mengumumkan temuan virus korona di Wuhan, delapan pengguna WeChat — layanan pengiriman pesan Tiongkok — bercakap-capak tentang adanya virus baru menular dari hewan ke manusia.
Mereka sepakat memperingatkan otoritas kesehatan kota Wuhan, dan pemerintah Cina, akan kemungkinan itu. Pesan yang mereka kirim menyebar dan menjadi desas-desus.
Alih-alih ditanggapi positif, delapan pengirim pesan justru ditangkap. Mereka digelandang ke kantor polisi dan diminta menandatangani surat pernyataan bahwa mereka menyebarkan desas-desus, dan tidak lagi menyebarkan berita bohong.
Kisah delapan ‘wistleblower’ ini mengemuka di media Inggris, setelah Dr Yukteshwar Kumar — pakar kesehatan dari Universitas Bath — di London beberapa waktu lalu.
Dr Kumar berada di Wuhan sebelum Cina mengumumkan penemuan virus pada 19 Desember 2019. Ia membawa dokumen hukum, yang menurut The Mirror, ditanda-tangani delapan whistleblower.
“Jika pemerintah Cina mendengarkan peringatan delapan whistleblower itu, dan mengisolasi kota secepatnya, keadaan mungkin akan lebih baik,” kata Dr Kumar.
Pemerintah Cina, meski terlambat, mendengar peringatan delapan orang itu dengan melakukan tes pertama pada sembilan pasien. Hasilnya, semua mengidap virus korona jenis baru.
Otoritas Kesehatan Cina juga membenarkan virus berasal dari pasar hewan di pasar hewan hidup Huanan di Wuhan. Pada 1 Januari 2020, pasar itu ditutup.
Setelah itu muncul larangan penjualan hewan liar secara nasional, dan setiap tempat pengembang-biakan satwa liar diisolasi. Transportasi hewan liar dilarang.
Dr Kumar tidak bisa mengidentifikasi delapan whistleblower itu. Pemerintah Cina mungkin telah melupakan jasa mereka, yang memberi peringatan awal, karena sibuk dengan upaya mencegah penyebaran dan jatuhnya korban jiwa.