- Yang dirilis adalah data uji klinis dalam negeri.
- Sinopharm kini harus merilis data uji klinis di luar negeri untuk meyakinkan publik internasional.
- Sinovac sama sekali belum merilis data uji klinis.
JERNIH — Sinopharm mengumumkan data uji klinis Fase 3 dan mengklaim 79,34 persen efektif memberi perlindungan terhadap virus korona. Sinovac entah kapan.
Klaim keefektifan ini di bawah vaksin produksi Pfizer-BioNTech dan Moderna, yang 95 dan 94 persen. Namun Sinopharm relatif telah melakukan terobosan dalam persaingan menghasilkan vaksin.
“Efek perlindungan vaksin Sinopharm CNBG Beijing terhadap Covid-19 adalah 79,34 persen,” demikian Institut Biologi Beijing, anak perusahaan Sinopharm mengumumkan.
Sinopharm telah mengajukan permohonan ke regulator obat untuk penggunaan produknya secara masal. Seperti Sinovac, Sinopharm mengembangkan vaksin dengan mengunakan virus korona tidak aktif.
Namun, Sinopharm masih harus berjuang mendapatkan kepercayaan internasional. Halangan itu berupa kurangnya transparansi hasil tes.
Uji klinis Fase 3 juga lambat. Sinopharm lebih banyak menggelar uji di dalam negeri, untuk membatasi penyebaran Covid-19, bukan di luar negeri.
Di dalam negeri, uji coba Sinopharm relatif berhasil. Cina relatif mampu mengendalikan penyebaran Covid-19. Di luar negeri, Sinopharm diam-diam menguji vaksinnya ke sejumlah personel militer dan pejabat Filipina.
Pejabat Cina berulang kali meyakinkan publik akan keamanan vaksin Sinopharm, seraya mengklaim tidak ada efek samping merugikan.
Saat ini, lebih satu juta orang divaksinasi menggunakan produk Sinopharm di bawah penggunaan darurat. Mereka yang menerima vaksin adalah pekerja garis depan, karyawan perusahaan milik negara, dan pekerja Cina di luar negeri.
Khusus yang terakhir, Radio Free Asia memberitakan banyak tenaga kerja Cina di Afrika dan Serbia terkena Covid-19 meski telah disuntik vaksin Sinopharm. Kabar ini sempat dibantah keras Global Times, harian resmi pemerintah Cina.