Site icon Jernih.co

Siswa Usia Enam Tahun Kenakan Hijab, Sekolah di Inggris Hubungi Pakar anti-Terorisme

JERNIH — Satu sekolah Katolik di timur laut Inggris menghubungi pakar kontra-terorisme, menyusul perselisihan dengan gadis usia enam tahun yang menolak mengenakan hijab.

Gadis itu kembali ke sekolah di Tyne, Newcastle, September 2020 lalu dan mengenakan hijab setelah menghabiskan waktu di Sudan selama pandemi.

The Times melaporkan pihak sekolah menyuruhnya melepas hijab, sesuai kebijakan seragam sekolah. Ibu gadis itu mengatakan putrinya mengatakan; “Mereka tidak menyukai syal saya.”

“Putri saya merasa tidak ada lagi cinta setelah insiden pemaksaan lepas hijab,” kata ibu gadis itu.

Gadis itu akhirnya memutuskan hanya bertepuk tangan untuk anak-anak Muslim selama kebaktian, dan menolak melakukan hal serupa untuk anak-anak Katolik.

Pihak sekolah menghubungi program pencegahan kontratetorisme pemerintah Inggris, tapi jawaban yang diperoleh adalah jilbab tidak menjadi faktor dalam keputusannya mengikuti saran.

Prevent, program pencegahan kontraterorisme, bekerja dengan tujuan mengurangi ancaman terorisme ke Inggris dengan menghentikan orang-orang menjadi teroris atau mendukung terorisme.

Namun, pers Inggris melaporkan, Prevent sering ditutuh hanya berfokus pada Muslim. Tindakan pihak sekolah menghubungi Prevent adalah bukti masyarakat Inggris juga melihat program itu hanya menyasar Muslim.

Hubungan gadis itu dengan pihak sekolah terputus, setelah sang ibu mengeluh anaknya dilarang hadir di sekolah sampai musim panas 2022.

Investigasi administratur sekolah mengatakan perilaku gadis itu bertentangan dengan nilai dan etos sekolah. “Staf akan lalai jika tidak mengangkat kekhawatiran tentang hal ini, mengingat ibu dan gadis itu menghabiskan beberapa bulan di Sudan selama pandemi Covid-19,” kata administratursekolah.

Pihak sekolah juga mengatakan gadis itu berusaha melemahkan otoritas sekolah dan mengancam. Juru bicara sekolah mengatakan tindakannya ditujukan pada ibu gadis itu, bukan gadis itu.

Ibu anak itu mengatakan pertengkaran ini telah menyebabkan hipertensi, dan sekolah telah merugikan pendidikan anak-anak dan keluarganya.

“Kami adalah orang-orang yang sangat damai. Jika kami radikal, kami tidak menyekolahkan anak ke sekolah Katolik,” kata ibu gadis itu.

Exit mobile version