Site icon Jernih.co

Skandal Mata-mata Guncang Organisasi Advokasi Muslim AS

JERNIH — Dewan Hubungan Islam-AS (CAIR) kali pertama mengungkap skandal mata-mata di organisasinya. Komunitas Muslim AS terkejut dan sedih.

Al Jazeera melaporkan CAIR menyebut adanya mata-mata yang menyusup ke struktur kepemimpinan salah satu cabang negara bagian. Beberapa hari kemudian CAIR mengatakan seorang mata-mata di sebuah masjid memberikan inforasi kepada kelompok anti-Muslim.

“Anggota CAIR terkejut dan sedih, tapi banyak juga yang tidak terkejut karena tahu kelompok anti-Muslim menargetkan CAIR untuk disusupi,” kata Whitney Siddiqi, direktur urusan masyarakat CAIR Ohio.

CAIR mengatakan telah memecat Romin Iqbal, direktur eksekutif dan hukum wilayah Colombus-Cincinatti, pada 15 Desember karena pelanggaran etika profesional mengerikan.

Iqbal menyerahkan informasi rahasia kepada Investigative Project on Terrorism (IPT), kelompok yang disebut Southern Poverty Law Center sebagai organisasi hak sipil yang melacak kelompok-kelompok kebencian di AS. IPT didirikan aktivis anti-Muslim.

Kantor pusat CAIR di Washington DC mengatakan pada 21 Desember individu lain, yang menjadi sukarelawan di sebuah masjid, mengatakan dia dibaya oleh direktur IPT Steven Emerson untuk memberi informasi komunitas Muslim.

“Mata-mata IPT yang kedua ini mengaku dan setuju bekerja sama dengan kami,” kata CAIR dalam Twitter-nya, tanpa mengidentifikasi mata-mata IPT yang menjadi sukarelawan itu.

Menciptakan Ketakutan

Siddiqi mengatakan tujuan IPT adalah menciptakan ketakutan dan ketidak-percayaan komunitas Muslim. Namun, katanya, CAIR bergerak maju dengan transparansi dan menggandakan upaya memerangi Islamofobia.

“Kami memperkuat koneksi dan pekerjaan kami melindungi dan membela Muslim,” kata Siddiqi kepada Al Jazeera.

Sejak serangan 9/11, Muslim AS menghadapi pengawasan. Banyak kebijakan diskriminatif , salah satunya larangan bepergian. Lembaga penegak hukum federal danlokal menjalankan program mata-mata, dengan target seluruh komunitas Muslim.

Antara 2002-2014 Departemen Kepolisian New York mendedikasikan seluruh unit untuk mema-matai populasi Muslim. Menurut American Civil Liberties Union (ACLU), polisi memetakan tempat tinggal Muslim New York, merekrut informan dari dalam komunitas Muslim dan menempatkan masjid dalam pengawasan.

Insiden terbaru ini, yang melibatkan CAIR, memperbarui kekhawatiran Muslim di sekujur AS. “Ini benar-benar menakutkan,” kata Nadia Ahmad, profesor hukum dan aktivis Muslim AS yang berbasis di Florida selatan.

The Family and Youth Institute, sebuah lembaga penelitian berbasis di Michigan, mengatakan ketika mata-mata dilakukan individu yang bekerja untuk sebuah organisasi yang mengadvokasi hak-hak sipil Musllim AS, maka trauma, stress, dan keterkejutan berlangsung lama.

IPT dan Pendirinya

CAIR menemukan bukti konklusif bagaimana Iqbal, mantan pejabat CAIR Ohio, menghabiskan bertahun-tahun untuk diam-diam merekam pertemuan jaringan CAIR dan menyampaikan informasi mengenai pekerjaan advokasi nasional kepada IPT.

Dalam email ke Al Jazeera pekan ini, pengacara Iqbal menolak mengomentari tuduhan itu. IPT juga menolak dicap sebagai kelompok pembenci.

IPT, menurut pejabatnya, adalah organisasi penelitian dan sumber utama bukti kritis untuk berbagai kantor pemerintah dan lembaga penegak hukum.

Emerson dan orang-orang ITP telah bersaksi sebagai ahli terorisme di berbagai sidang Kongres AS. Namun, situs resmi IPT dipenuhi materi anti-CAIR, serta artikel yang mengecam kritik terhadap Israel.

“Emerson tidak anti-Muslim. Dia juga tdiak memimpin kelompok kebencian,” kata IPT dalam email-nya. “IPT juga tidak pernah memantau komunitas Muslim yang lebih luas, tapi tidak ragu-ragu mengekspose aktivitas Islam radikal di AS.”

Namun laporan The Center for American Progress, sebuah think tank liberal AS, menuduh Emerson dan kelompoknya mendorong semua orang untuk menggambarkan Islam sebagai kekerasan.

“Potret Islam yang sangat berlebihan dan radikal membutuhkan kreativitas pihak Emerson,” tulis laporan itu. “Emerson membanggakan sejarah mengarang bukti yang melanggengkan konspirasi Islam radikal yang menyusup ke AS melalui hak-hak sipil dan organisasi advokasi.”

Exit mobile version