“Alangkah baiknya para elite-elite kita, termasuk Ahok, hanya mengemukakan pandangan ke ruang publik yang sifatnya semakin mempererat antarsatu dengan yang lain, baik antarnegara, baik dalam konteks industri mobil listrik,” kata Emrus.
JERNIH– Siaran YouTube Komisaris Utama PT Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam kanal “Panggil Saya BTP” terus mendapat reaksi berbagai kalangan.
Seperti yang ditegaskan pakar komunikasi politik Emrus Sihombing, sebaiknya para elite pemangku kebijakan hanya mengemukakan pandangan yang positif ke ruang publik. Jangan sampai mengumbar pernyataan yang justru membuat kesalahpahaman publik tentang kerja-kerja pemerintah.
Lewat video berjudul “Pejabat Tidak Boleh Takut untuk Mengeksekusi”, Ahok seolah menggugat rencana pemerintah, melalui Indonesian Batery Corporation (IBC) untuk mengakuisisi perusahaan mobil StreetScooter milik Deutsche Post DHL Group, Jerman. Tersirat, Ahok–yang berpembawaan meledak-ledak, itu ingin membawa masalah internal korporasi ke ruang publik.
“Alangkah baiknya para elite-elite kita, termasuk Ahok mengemukakan pandangan ke ruang publik yang sifatnya semakin mempererat antarsatu dengan yang lain, baik antarnegara, baik dalam konteks industri mobil listrik,” kata Emrus.
Menurutnya, relasi sosial harus tetap dijaga. Apalagi jika menyangkut kerja sama dalam upaya mempercepat perekonomian Indonesia. Emrus berharap Indonesia bisa memiliki industri mobil listrik dan bisa melakukan ekspor di saat Presiden Jokowi masih menjabat.
“Mengapa? Karena kita termasuk negara yang memproduksi nikel (bahan baku baterei mobil listrik) terbesar,” kata dia.
Senada dengan Emrusitu, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, mengingatkan Ahok untuk membicarakan persoalan korporasi secara internal. Setelah menjadi satu kebijakan yang solid, menjadi kewajiban bagi semua elemen di dalam korporasi untuk berjalan di alur yang sama.
“Hal-hal yang jelas untuk konsumsi internal, tak bagus diumbar ke luar,” kata Ujang. [JMSI]