JAKARTA – Terorisme tidak saja menjadi musuh suatu bangsa seperti Indonesia. Melainkan musuh seluruh negara. Sebab, selain dapat menganggu keamanan, juga bisa membuat nyawa melayang. Karena itu, untuk mendorong dunia melakukan pengawasan ketat, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud MD, mengajak Persatuan Bangsa-Bangsa untuk terlibat.
Saat melakukan kunjungan kerja luar negeri ke Melbourne, Australia, guna menghadiri konferensi internasional mengenai pembahasan terorisme, Mahfud mengajak seluruh bangsa turut mencegah pengiriman uang yang mencurigakan untuk teroris melalui media elektronik dan internet.
“Itu semua dibungkus melalui transaksi bisnis atau pengiriman uang melalui kegiatan dagang secara terpecah-pecah. Seluruh dunia menghadapi ancaman transaksi finansial kaum teroris yang seperti itu, Itulah sebabnya kita harus bertindak dengan fokus ‘No Money for Terror’,” ujarnya di Jakarta, Kamis (7/11/2019).
Dalam konferensi yang diikuti 77 negara dari lima benua itu, Mahfud menjelaskan, perkembangan teknologi memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia modern. Namun sisi lain berdampak pada kemudahan transaksi finansial oleh kelompok teroris.
“Sekarang ini dunia teknologi informasi dan komunikasi memudahkan orang di seluruh dunia melakukan transaksi keuangan melalui internet. Hal itu menolong umat manusia untuk lebih mudah menyelesaikan urusan-urusan keuangannya, termasuk cara berbisnis secara instan,” katanya.
“Tetapi pada saat yang sama, kemajuan IT itu sering juga digunakan oleh kelompok teroris untuk kegiatan terorisme, seperti transfer uang untuk jual beli senjata secara ilegal, pelatihan militer serta untuk kelompok teroris dan lain-lain,” sambung Mahfud.
Hal yang sama juga diungkapkan pada pertemuan ASEAN Political Security Community (APSC) ke-20 di Thailand. Mahfud meminta negara-negara di ASEAN memerangi terorisme dengan meningkatkan pemantauan. Dengan cara kerja sama pertukaran informasi terkait pergerakan teroris melalui Interpol dan ASEAN Our Eyes.
Kelompok teroris terus mengubah taktik dan strategi, kata Mahfud. Bahkan tidak tanggung-tanggung melibatkan kaum hawa dalam aksinya. “Kita tidak punya pilihan lain selain menghentikan upaya mereka dalam membangun jaringan dan menyebarkan narasi radikal dan melakukan kekerasan ekstremisme”ujarnya.