Site icon Jernih.co

Syarikat Islam: Kemerdekaan Sejati Masih Jauh dari Kehidupan Rakyat Indonesia

Ketua Umum PP Syarikat Islam, Hamdan Zoelva

Ferry dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan rencana Syarikat Islam untuk menyelenggarakan ‘pengajian akbar’ di lapangan Monas dalam waktu dekat. Agenda itu dilakukan untuk merespons berbagai isu yang dihadapi Indonesia untuk mengingatkan pemerintah agar lebih sigap menghadapi tantangan global yang kian membayang di pelupuk mata.

JERNIH– Momen peringatan Hari Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia diisi Pimpinan Pusat Syarikat Islam (PP SI) dengan menyelenggarakan Sarasehan Kebangsaan Jilid 2, bertema “Menuju Kemerdekaan Sejati, Kedaulatan Ekonomi dan Keadilan Sosial”. Pada acara yang digelar di markas PP SI, area Taman Amir Hamzah, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad (14/8) itu sejumlah tokoh hadir dan memberikan pemikiran.

Di antara mereka hadir Ketua DPD RI, LaNyalla Mattallitti; Ketua Umum Syarikat Islam, Hamdan Zoelva; pakar hukum tata negara Refly Harun, pengamat politik Rocky Gerung, dan ekonom Universitas Indonesia, Faisal Basri.

Pada gilirannya berbicara, Ketua DPD, LaNyalla Matalitti, mengulas hasil pertemuan dengan Presiden Jokowi. Ia mengatakan,  kepada Presiden dirinya mengajak agar pemerintah mengimbau dan menggerakkan rakyat Indonesia bergotong royong meraih cita-cita kemerdekaan  yakni mencapai masyarakat adil makmur. LaNyalla juga mengatakan, pada kesempatan itu dirinya meminta pemerintah kembali kepada cita-cita bangsa sebagaimana tercantum dalam konstitusi tentang keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Pilihan kita berbangsa tinggal dua, yaitu tunduk pada oligarki yang menguasai sumber daya ekonomi, atau tegakkan kedaulatan rakyat sesuai amanat konstitusi,” ujar LaNyalla.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum PP Syarikat Islam, Hamdan Zoelva,  mengungkap amanat pendiri Syarikat Islam HOS Cokroaminoto dan tokoh-tokoh bangsa tentang arti kemerdekaan sejati bangsa Indonesia.

“Kemerdekaan sejati yang landasan utama hasil pikiran para pendiri republik ini adalah hadirnya kedaulatan politik serta berdikari di bidang ekonomi untuk mencapai tujuan bernegara yaitu mencerdaskan kehidupan berbangsa,” kata Hamdan.

Sekretaris Jenderal PP Syarikat Islam, Ferry Juliantono juga menyampaikan pernyataan dengan semangat yang sama. Ferry menjelaskan adanya ancaman krisis di tengah situasi global yang tak menentu senyampang dan pascamerebaknya COVID-19. Belum lagi dengan kian runyamnya persoalan global akibat perang yang berkobar setelah invasi  Rusia ke Ukraina, serta potensi perang Cina vs Taiwan dan kemelut di Laut Cina Selatan.

“Kita akan menghadapi situasi ekonomi yang makin sulit. Situasi politik di panggung global dengan perang Rusia Ukraina, potensi perang Cina-Taiwan ini benar-benar harus diantisipasi,” ujar Ferry.

Menurut Ferry, seharusnya pemerintah Indonesia segera sigap mengantisipasi potensi krisis yang kian terlihat, jangan sampai justru gagap manakala potensi guncangan ekonomi mulai terlihat akibat ledakan perang dan potensinya di berbagai belahan dunia.

“Saat ini rakyat sedang susah akibat inflasi, kenaikan harga barang, kenaikan dan kelangkaan bahan bakar minyak, kenaikan tarif dasar listrik, kelangkaan pupuk membuat rakyat benar-benar sulit. Jika salah Kelola, akan timbul ketidakstabilan politik dan ekonomi seperti berbagai negara lain di dunia,” kata dia.

Ferry dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan rencana Syarikat Islam untuk menyelenggarakan ‘pengajian akbar’ di lapangan Monas dalam waktu dekat. Agenda itu dilakukan untuk merespons berbagai isu yang dihadapi Indonesia untuk mengingatkan pemerintah agar lebih sigap menghadapi tantangan global yang kian membayang di pelupuk mata.

“Indonesia masih jauh dari kemerdekaan sejati sehingga Syarikat Islam akan senantiasa mengingatkan pemerintah agar benar-benar serius mewujudkan kedaulatan ekonomi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,”ujar Ferry. [  ]

Exit mobile version