Site icon Jernih.co

Takut Virus Korona, Sekolah Musik di Italia Menolak Siswa Cina

A company employee (C) assists passengers waiting to check in by the counter of China Southern Airlines at Rome's Fiumicino airport for a flight returning to Wuhan, China, after it landed early on January 23, 2020. - China banned trains and planes from leaving a major city at the centre of a virus outbreak on January 23, seeking to seal off its 11 million people to contain the contagious disease that has claimed 17 lives, infected hundreds and spread to other countries. (Photo by Tiziana FABI / AFP)

Roma — Ketakutan terhadap virus korona memicu tindakan rasis anti-Cina di kota-kota di Eropa. Di Roma, ibu kota Italia, sekolah musik melarang siswa dari Cina masuk kelas.

Siswa asal Jepang dan Korea Selatan terkena dampaknya. Mereka juga dilarang masuk, karena orang Italia tidak bisa membedakan orang Jepang, Cina, dan Korea.

Media Italia melaporkan perilaku rasis terhadap orang Cina juga terjadi di jalan-jalan. Seorang wisatawan Cina ditolak masuk Taman Arkeologi Pompeii, lainnya menghadapi serangan rasis secara verbal saat berada di kereta.

Di Turin, dua wisatawan Tiongkok diludahi sekelompok anak-anak Venesia, dan tiga lainnya diserang secara verbal di sebuah restoran.

Seorang bocah Tionghoa yang bermain dalam pertandingan sepakbola di pinggiran Milan didekati lawan mainnya. “Saya harap kau juga membawa virus,” kata sang lawan main.

Lebih 300 ribu orang Tionghoa tinggal di Italia, dan Italia menjadi negara Eropa paling banyak menarik wisatawan Cina. Sepanjang 2018, lima juga wisatawan Cina tumplek di Italia.

“Sayangnya, dampak tak terhindarkan korona virus mulai terlihat,” kata Marco Wong, anggota dewan lokal kota Prato di Tuscan, rumah bagi populasi besar orang Tionghoa di Italia.

Dampak itu, kata Wong, adalah xenophobia. Orang Italia tiba-tiba menjadi anti-Cina, seperti orang-orang di Prancis.

Di sekolah musik, orang tua melarang anak-anak mereka masuk kelas jika diketahui ada anak Tionghoa di dalamnya. Di media sosial, orang-orang saling mengimbau untuk menghindari restoran Cina.

Ada juga berita hoax yang disebar seorang pria Italia. Pria itu mengaku berada di Wuhan, dan tahu laboratorium rahasia tempat virus dibuat.

Di beberapa kota di Italia, terjadi antrean panjang membeli masker. Roberta Siliquini, mantan ketua Dewan Kesehatan Italia, mengatakan kepada The Guradian bahwa paranoia ini tidak mengejutkan.

“Orang Italia punya hubungan aneh dengan imigrasi dan kesehatan,” kata Siliquini. “Italia adalah negara dengan rakyat ogah imunisasi campak, tapi kini takut berdiri di depan orang Cina yang berada sejauh 50 meter.”

Menurut Siliquini, sangat mungkin Italia mengimpor virus korona dari Cina. Namun, Italia punya sistem kontrol paling efisien di dunia.

Situasi diperburuk oleh politisi yang memanfaatkan keadaan untuk menyerang pesaingnya yang kini memerintah.

Exit mobile version