- Sepuluh persen dari 35 juta penduduk Afghanistan pecandu narkoba.
- Populasi pecandu meningkat selama perang melawan Uni Soviet.
- Meningkat selama dua dekade pendudukan AS dan NATO.
JERNIH — Dulu, Taliban mengandalkan keuntungan penjualan narkoba untuk membiayai perang. Kini, Taliban mendeklarasikan perang melawan narkoba.
Russia Today menulis perang melawan narkoba adalah janji Taliban kepada rakyat Afghanistan. Taliban ingin membawa Afghanistan sebagai negara bebas narkoba.
Ahmed Zahir Sultani, kepala RS Kabul yang bertanggung jawab merehabilitasi pecandu narkoba, mengatakan 10 persen dari 35 juta penduduk Afghanistan — termasuk 800 ribu anak-anak dan wanita — menggunakan narkoba.
Kecanduan narkoba massal adalah warisan masa lalu Afghanistan. Industri narkoba berkembang sejak 1980-an, serta dua dekade pendudukan AS dan NATO.
Di masa lalu, Taliba juga tidak bisa menghindar dari perdagangan narkoba. Keuntungan dari perdagangan digunakan untuk membiayai perang.
Kini, Taliban menjalankan perang narkoba versinya. Prajurit Taliban menggeledah rumah-rumah di permukiman kumuh, penghuni kolong jembatan, orang-orang yang nongkrong di taman, bangunan terbengkalai, dan semua yang dicurigai sebagai pasar gelap narkoba.
Beberapa laporan menyebutkan prajurit Taliban menyeret paksa pecandu ke rumah sakit untuk menjalani rehabilitasi.
Rumah sakit rehabilitasi narkoba dibangun pemerintahan Ashraf Gani tahun lalu, dan memiliki kapasitas 1.000 tempat tidur. Kini, rumah sakit itu menampung 3.000 pasien.
Menurut Sultani, tantangan terbesar yang akan dihadapi rumah sakit adalah kekurangan makanan, obat-obatan, dan tempat tidur. Lainnya, yang mungkin akan menjadi masalah adalah teralalu sedikit staf untuk merawat pasien.
Kondisi rumah sakit mungkin memprihatinkan tapi pasien melihatnya sebagai jalan keluar dari kesengsaraan akibat kecanduan narkoba. Syed Mustapha, salah satu pasien, berterima kasih kepada Taliban yang membawanya ke rumah sakit.
“Saya berharap bertemu istri dan anak-anak saya setelah selesai menjalani rehabilitasi,” katanya.
Najeebulah, pasien lain, menggunakan narkoba setelah ditangkap Taliban dalam satu serangan. Ia melihat rekan-rekannya mati dan mengalami depresi.
Sultani dan sejumlah pasien meminta dunia membantu Afghanistan dan pemerintah Taliban. “Saya pikir orang-orang dengan banyak sumber daya harus membantu kami,” kata Sultani.