Site icon Jernih.co

Taliban Menang, Muslim Uighur Ketakutan

JERNIH — Sukses Taliban mengambil alih Afghanistan menimbulkan ketakutan warga Muslim Uighur dan Muslim Turki di Xinjiang, Cina.

Mengutip kelompok advokasi, Radio Free Asia (RFA) memberitakan Muslim Uighur dan komunitas etnis lainnya di Xinjiang khawatir Beijing menggandakan tindakan represeif-nya terhadap mereka.

Beijing telah menyuarakan keprihatinan atas sukses Taliban mengambil alih Afghanisan dan kemungkinan menggunakan pendekatan baru terhadap rakyat negeri itu. Selama ini Cina melakukan tindakan represif dengan alasan memerangi estremisme agama dan terorisme.

Indikasi keprihatinan Beijing terlihat ketika Cina menggelar latihan militer besama Tajikistan, negeri yang berbatasan langsung dengan Xinjiang. Wilayah Otonomi Uighur Xinjiang (XUAR) juga berbatasan langsung dengan Afghanistan.

Beijing belum secara resmi mengakui rejim Taliban, tapi Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi menjamu Mullah Abdul Ghani Baradar — salah satu pendiri Taliban — di Tianjin, akhir Juli lalu.

Sejak 2017, menurut kelompok advokasi, Muslim Uighur menjadi target asimilasi sistematis, pengendalian kelahiran secara paksa, dan sterilisasi.

Cina juga menggebah penduduk Xiniang untuk kerja paksa di pabrik, pertanian, serta mengirim 1,8 juta Muslim Uighur ke kamp interniran.

Ilshat Hassan, direktur Kongres Uighur Dunia, mengatakan pengambil-alihan Afghanistan oleh Taliban akan menjadi pertanda buruk bagi Muslim Uighur.

Hassan menunjuk pada insiden Desember 2020 lalu, ketika pemerintah Afghanistan yang didukung AS diam-diam menahan 10 warga Cina yang dianggap membuat sel Gerakan Islam Turkmenistan Timur (ETIM) palsu di Afghanistan sebagai upaya menjebak Uighur.

Cina secara reguler menyebut aktivis Uighur di pengasingan sebagai anggota ETIM. Cara itu dilakukan sebagi gaian upaya mendiskreditkan klaim mereka atas pelanggara hak asasi manusia di Xinjiang.

Oktober 2020, Departemen Luar Negeri AS melemahkan dalih antiteror untuk tindakan keras terhadap Uighur. Caranya, dengan menghapus ETIM dari daftar teroris.

Alasan AS, menurut seorang pejabat yang diwawancarai RFA, selama satu dekade tidak ada bukti kredibel bahwa ETIM masih ada dan beroperasi.

Hassan yakin Cina akan mengambil keuntungan dari hubungannya dengan Taliban untuk lebih menindas Muslim Uighur. “Pemerintah Taliban saat ini membenci AS, dan ingin menyesuaikan diri dengan Cina,” kata Hassan.

Dalam keadaan seperti ini bukan tidak mungkin muncul sel ETIM palsu yang beroprasi di Afghanistan yang konon melawan Cina. Itulah yang sebenarnya diinginkan Cina.

Exit mobile version