JAKARTA– Nano Riantiarno, pimpinan grup teater yang sebelumnya begitu survive, Teater Koma, tengah gelisah. Setelah pementasan ‘J.J Sampah-sampah Kota’, yang akan berlangsung 8-17 November 2019 di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta mendatang, Teater Koma diperkirakan akan ‘koma’ hingga dua tahun ke depan.
Pentas ‘J.J Sampah-sampah Kota’ yang merupakan produksi ke-159 Teater Koma, akan menjadi produksi yang terakhir hingga selesainya revitalisasi Taman Ismail Marzuki yang dicanangkan Gubernur DKI Jakarta memakan waktu dua tahun itu. “Kami
[terancam]
tak bisa produksi dua tahun. Dalam satu tahun itu biasanya ada tiga produksi. Jadi total enam produksi yang belum tahu bagaimana nasibnya,” kata Nano di Sanggar Teater Koma.
Proyek revitalisasi TIM yang digadang Anies Baswedan akan dikerjakan oleh PT Jakarta Propertindo, menelan biaya Rp 1,8 triliun dan diperkirakan selesai pada 2021. Anies berharap TIM ke depan tak hanya menjadi tempat budaya namun juga menjadi ekosistem yang baik untuk menumbuhkan bibit budayawan baru.
Nano berharap dapat bertemu Gubernur Anies untuk mendapat kepastian program revitaslisasi TIM. Nano merasa Gubernur kurang terbuka dengan para seniman tentang rencana revitalisasi tersebut. “Gubernur DKI Jakarta hanya mengatakan ingin membangun sebuah sistem kebudayaan Jakarta lewat TIM,” kata Nano.
Dua bulan lalu, kata Nano, dirinya ingin sekali bertemu Gubernur Anies untuk bertanya nasib TIM. “Mau bertanya,” Ini TIM mau diapain? Pagar sudah diketok berarti sudah dijalankan,” kata Nano. Ia juga ingin memastikan apakah ke depan seniman kalau menyewa (TIM) bakal lebih mahal atau lebih murah.
Nano menceritakan bahwa dirinya telah menyiapkan empat naskah baru dan dua naskah lama untuk dipentaskan kurun waktu dua tahun mendatang. Namun dengan renovasi Graha Bakti Budaya (GBB) yang menjadi langganan tempat Teater Koma pentas, Nano mengaku tidak tahu lagi harus berpentas di mana “Kalau di Ciputra Artpreneur itu mahal sekali sewanya,” kata Nano, mengeluh. [tvl]