Site icon Jernih.co

Tentara Bebaskan Ratusan Tahanan untuk Redam Kemarahan Demonstran

Zaw termasuk di antara sembilan pekerja media yang ditahan selama aksi protes jalanan pada 27 Februari lalu di Yangon dan didakwa melanggar undang-undang ketertiban umum. Secara keseluruhan, sekitar 40 jurnalis telah ditahan sejak kudeta militer bergulir.

JERNIH—Seiring memanasnya kondisi Myanmar akibat kemarahan publik atas keganasan dan kekejian militer, tentara Myanmar membebaskan lebih dari 600 tahanan yang ditangkap sejak bergulirnya kudeta pada 1 Februari 2021. Pembebasan tersebut dilakukan untuk meredam kemarahan publik.

Ratusan orang yang dipenjara menyusul kudeta di Myanmar, awal Februari lalu, akhirnya dibebaskan hari Rabu (24/03). Beberapa bus yang terisi penuh oleh ratusan tahanan melaju dari Penjara Insein di Yangon menuju lokasi yang dirahasiakan. Berdasarkan laporan media pemerintah Myanmar, 628 orang telah dibebaskan. Kebanyakan dari mereka adalah siswa yang sebelumnya ditahan di kantor polisi.

Associated Press melaporkan bahwa salah satu jurnalisnya, fotografer Thein Zaw, telah memberi tahu keluarganya bahwa dia akan dibebaskan. Zaw termasuk di antara sembilan pekerja media yang ditahan selama aksi protes jalanan pada 27 Februari lalu di Yangon dan didakwa melanggar undang-undang ketertiban umum.

Secara keseluruhan, sekitar 40 jurnalis telah ditahan sejak kudeta militer bergulir.

Thein Zaw mengatakan kepada AP melalui telepon, hakim yang menangani kasusnya telah mencabut semua tuduhan terhadapnya, karena dia diketgorikan melakukan pekerjaannya pada saat penangkapan.

Setidaknya 2.000 orang telah ditangkap sejak kudeta tersebut, menurut kelompok aktivis The Assistance Association for Political Prisoners (AAPP).

Penembakan lima orang di Mandalay

Pada Selasa (23/03) lalu setidaknya lima orang telah ditembak mati di Mandalay, termasuk seorang gadis berusia 7 tahun, demikian laporan media Myanmar Now. Sejak kudeta dimulai, AAPP telah mengkonfirmasi pembunuhan terhadap 275 orang sehubungan dengan tindakan keras pascakudeta militer.

Seorang pengacara untuk pemimpin yang digulingkan, Aung San Suu Kyi, mengatakan proses persidangan untuk pemenang hadiah Nobel Perdamaian itu ditunda lagi hingga 1 April mendatang. Penundaan ini merupakan yang kedua kalinya.

Pada hari Senin (22/03), Menteri Luar Negeri Uni Eropa menyetujui sanksi terhadap 11 orang, termasuk pimpinan Junta Myanmar Min Aung Hlaing. Dia menghadapi pembekuan aset dan larangan mendapat visa, karena “merusak demokrasi dan supremasi hukum” di Myanmar.

Militer Myanmar yang secara resmi dikenal sebagai Tatmadaw, mengendalikan dua perusahaan konglomerat komersial yang mengurusi  kepentingan ekonomi, mulai dari pertambangan hingga perbankan. [AP/Reuters/DPA]

Exit mobile version