- Isu perpecahan ini sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
- Toleransi dan kebersamaan sudah menjadi nilai luhur yang diwariskan di Bumi Anoa.
KENDARI – Mantan Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) Nur Alam menepis isu keretakan hubungan dengan masyarakat asal Sulawesi Selatan (Sulsel) yang menetap di Sultra. Nur Alam menegaskan bahwa hubungan silaturahmi dan rasa kekeluargaan antara masyarakat Sulsel dan Sultra tetap kuat dan harmonis. Hal ini ditunjukkan dalam pertemuan silaturahmi bersama ribuan warga asal Sulsel yang digelar pada Sabtu, 9 November 2024, di salah satu hotel berbintang di Kota Kendari.
Dalam kesempatan tersebut, Nur Alam — yang pernah menerima Bintang Maha Putra Utama dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono — menyatakan bahwa isu perpecahan ini sengaja dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Menurutnya, salah pengertian tentang makna “putra daerah” sering kali memicu spekulasi yang keliru mengenai persyaratan kepemimpinan di Sultra, terutama menjelang Pilgub 2024.
“Saya tegaskan, yang kami maksud dengan putra daerah adalah mereka yang lahir, besar, atau memiliki ikatan kuat dengan Sultra. Jika mereka memahami dan peduli terhadap Sultra, itu sudah mencerminkan kedekatan yang kita harapkan dari seorang pemimpin,” ujar Nur Alam. Ia mengajak semua pihak untuk menjaga persatuan dan mengedepankan semangat kebersamaan tanpa membedakan asal-muasal.
Sebagai figur yang pernah memimpin organisasi kerukunan masyarakat Sulsel di Sultra, Nur Alam memahami betul pentingnya menjaga harmoni antara suku dan etnis di Sultra. Hubungan keluarga besar Nur Alam dengan berbagai etnis di Sultra pun terjalin erat, sehingga ia menilai toleransi dan kebersamaan sudah menjadi nilai luhur yang diwariskan di Bumi Anoa.
“Ibarat menanam pohon, kita harus menanam di kebun bersama. Dengan bekerja sama dan saling mendukung, ketika pohon itu berbuah, kita semua bisa menikmatinya. Inilah hakikat dari toleransi dan kebersamaan,” ujar Nur Alam, mengibaratkan pentingnya kolaborasi di antara masyarakat yang berbeda latar belakang.
Dalam pertemuan tersebut, tokoh masyarakat Sulsel di Sultra, Nurdin Tompo, turut memperkuat pernyataan Nur Alam. Ia menyampaikan bahwa selama kepemimpinan Nur Alam, warga Sulsel yang berdomisili di Sultra merasa dihargai dan dilibatkan dalam tata kelola pemerintahan tanpa ada perbedaan status atau asal. “Di masa Pak Nur Alam sebagai Gubernur, kami ikut terlibat dalam pembangunan dan pemerintahan di Sultra. Ini bukti bahwa masyarakat Sultra menerima dan mendukung keberagaman,” ujar Nurdin.
Nur Alam menambahkan bahwa dalam visi misi yang diusung Tina Nur Alam, kebersamaan antar etnis dan suku tetap menjadi landasan utama pembangunan Sultra. Ia percaya bahwa hanya melalui persatuan dan kerja sama lintas etnis, Sultra bisa mencapai kemajuan yang inklusif dan berkeadilan.