- Saham K-Pop tak stabil, tapai masih menjadi incaran investor.
- Fans BTS tidak akan membiarkan Big Hit runtuh setelah BTS tak populer lagi.
- Isu politik internasional akan selalu mempengaruhi pergerakan saham K-Pop.
Seoul — Jika Anda penggemar BTS, boyband asal Korea Selatan (Korsel) paling populer, apa yang Anda lakukan saat ini?
“Beli saham Big Hit Entertainment,” ujar seorang penggemar BTS seraya menunjukan foto seorang anggota boyband itu di Twitter-nya.
Lainnya mengatakan; “Saya akan membeli saham Big Hit selembar demi selembar.”
Dua kicauan fans BTS itu mendapat 550 like, dan memicu perdebatan. Beberapa penggemar BTS lainnya menanggapi dengan mengklaim telah membeli saham Big Hit.
Pemuja BTS lainnya menulis; “Saya membeli satu saham dan merasa senang, kendati harganya turun. Mari adakan rapat umum pemegang saham.”
Dalam industri musik, penggemar adalah segalanya. Di K-Pop, pepatah itu lebih dari sekedar benar. Pelaku industri K-Pop tahu cara memobilisasi fans via online untuk membantu idola mereka mendapatkan lebih banyak streaming atau penayangan YouTube.
Ketika BTS dan Big Hit memberikan 1 juta dolar untuk mendukung kampanye Black Lives Matter, Juni lalu, Army — julukan penggemar BTS — menggalang dana dengan tagar Twitter #MatchAMillion dan mengumpulkan 817.000 dolar AS dalam 24 jam.
Berkat fans, industri K-Pop bertahan di tengah pandemi virus korona, bahkan dengan pembatalan konser dan acara langsung.
Penjualan album gabungan Universal Music Group Inc, Sony Corp, dan Warner Music Group Corp, turun 23 persen dalam enam bulan pertama tahun ini. Kihoon Lee, seorang analis di Hana Financial Invenstment Co, mengatakan penjualan album K-Pop melonjak 46 persen.
“Setelah K-Pop mendapatkan popularitas global, basis penggemarnya menghabiskan uang untuk membeli album,” kata Lee. “Hanya K-Pop yang tumbuh di industri global, dan pertumbuhan itu tidak akan tiba-tiba berakhir.”
Pertanyaannya, apakah fans BTS akan menjadi pendukung setia di pasar ekuitas? Sejauh ini hanya ada sedikit bukti fans BTS membeli lebih dari segelintir saham.
Big Hit tergelincir 5,7 persen pada Senin. Sebelumnya, Jumat pekan lalu, saham turun 22 persen, setelah melonjak 91 persen pada hari sebelumnya.
Yang pasti adalah perdagangan ritel melonjak tahun ini karena Covid-19 memaksa orang tetap di rumah.
Di Korea, investor mom and pop menggunakan levarage besar-besaran untuk mengalirkan uang pinjaman ke pasar ekuitas negara senilai 1,6 triliun dolar. Kaum milenial juga mencari peluang sekali seumur hidup di tengah pengangguran yang tinggi, dan harga rumah melonjak gila-gilaan.
Tentu saja semua itu bukan tanpa risiko, dan saham K-Pop terbukti tidak stabil seiring memudarnya popularitas artis. Saham SM Entertainment Co, agensi tertua di Korea, naik leih dari 2.300 persen dalam tiga tahun, dan puncaknya tahun 2012 berkat TVXQ dan Girls Generation. Namun turun 55 persen sejak saat itu.
YG Entertainment Inc, yang terkenal dengan hit Psy Gangnam Style, tidak pernah kembali ke puncak kejayaan delam delapan tahun terakhir. Satu-satunya yang membuat YG Entertainment terkenal hanya rapper itu saja.
Skandal seks seputar anggota boy band Big Bang yang dikelola YG adalah tantangan lain. Lainnya adalah keharusan wajib militer bagi siapa pun di Korsel, termasuk anggota boy band.
BTS juga tidak bisa menghindari wajib militer. Pemerintah Korsel hanya mengecualikan BTS, dengan tidak mengharuskan anggota boy band itu itu mengikuti wajib militer tahun ini.
Tata kelola juga menjadi masalah, karena pendiri biasanya pemilik terbesar saham agensi K-Pop. Bang Si-hyuk dari Big Hit, misalnya, kini memiliki saham bernilai 2,2 miliar dolar AS.
Pemilik YG, SM, dan JYP Entertainment Corp, adalah para multijutawan. Tahun lalu, KB Asset Management meminta SM melakukan rencana perbaikan tata kelola perusahaan dan pembagian dividen.
Pukulan lain bagi industri K-Pop adalah perselisihan Cina-Korsel. Sejak 2016, Cina — mitra dagang terbesar Korsel — membatasi penampilan selebriti Korsel di televisi dan iklan, sebagai pembalasan atas pembelian rudal TAAD oleh Seoul.
Baru-baru ini, BTS dikecam netizen Cina setelah salah satu anggotanya menyinggung hubungan AS-Korsel dalam Perang Korea. Bagi masyarakat Cina, Perang Korea adalah isu sensitif.
Menariknya, saham industri hiburan tetap saja menjadi kesayangan investor. Di lantai bursa, pedagang perorangan memborong saham SM, YG, JYP setiap jari dengan harga 146 juta dolar AS.
Investor institusi lokal menjual 209 miliar won, dan orang asing menginvestasikan 37 miliar won.
Bagi pembeli saham perdana Big Hit, cegukan pertama mungkin datang bulan depan, ketika 30 persen investor institusi menjual saham setelah periode lock-up berakhir. Itu akan menyebabkan penurunan 10 persen.
Pertanyaannya, apakah Army peduli dengan semua itu?
“Kami tidak akan jatuh semudah itu,” tulis seorang penggemar di Twitter. “Kami tidak akan membiarkan Big Hit runtuh.”