“Sebenarnya pangsa pasarnya besar banget, Tetapi negara kita belum banyak (produk halal), jika dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia”
JAKARTA – Indonesia belum berperan maksimal sebagai kiblat produk halal. Terutama, dalam ekspor produk makanan, kosmetik, dan obat-obatan halal. Kondisi ini terlihat pada pangsa pasar ekspor ketiga produk tersebut ke negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
Demikian dikatakan Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto, di Jakarta, Minggu (25/10/2020).
“Walau neraca perdagangan dengan negara-negara OKI sudah positif. Tapi nilainya masih jauh di bawah negara-negara nonmuslim, seperti Brasil, Prancis, Amerika Serikat, dan Jerman,” kata Agus.
Situasi ini sebenarnya bukan terjadi sekarang saja. Tahun lalu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat pengekspor komoditas halal masih didominasi negara tetangga, seperti Malaysia dan Thailand.
“Sebenarnya pangsa pasarnya besar banget, Tetapi negara kita belum banyak (produk halal), jika dibandingkan dengan Thailand dan Malaysia,” ujarnya.
Saat ini, kata Agus, pihaknya sudah menyelesaikan 20 negosiasi perdagangan. Lalu ada juga 13 negosiasi yang masih berjalan, serta 17 negosiasi perdagangan yang masih dalam tahap penjajakan.
“Berbagai negosiasi tersebut, banyak sekali yang melibatkan negara anggota OKI. Sejauh ini, mereka yang telah memiliki perjanjian perdagangan dengan Indonesia yaitu Pakistan, Mozambik, Palestina, Malaysia, dan Brunei Darussalam,” ujar dia.
Kepala Sub Direktorat Eropa, Kemendag, Dina Kurniasari, beberapa waktu lalu menjelaskan, walaupun bukan negara muslim, Thailand bisa menyediakan produk halal yang bisa menyuplai permintaan dunia.
“Pilihan produk halalnya jauh lebih banyak dengan Indonesia,” ujar Dina.
Dengan situasi ini, Kemendag tengah berusaha agar sertifikat halal yang diterbitkan di Indonesia bisa diterima di seluruh negara tujuan ekspor. Sehingga, produk Indonesia dapat masuk secara leluasa ke pasar ekspor suatu negara tanpa terkendala hambatan tarif maupun nontarif. [Fan]