Site icon Jernih.co

Tidak Layak Insan Pers Bingung dalam Hingar Bingar Wacana Politik Saat Ini

Sebagian pegiat JMSI DKI Jakarta, berfoto usai bersilaturahmi dan saling menasihati dalam kebenaran.

Jurnalis yang baik, kata Muchlis, tidak pernah gamang meski kebenaran mungkin tengah dalam posisi tidak popular di tengah masyarakat yang riuh tanpa pegangan kokoh akibat kurangnya nalar dan rendahnya literasi.

JERNIH— Lama dikungkung pandemi dan hanya bertemu via aplikasi Zoom, Pengurus Daerah Jaringan Media Siber Indonesia [JMSI] DKI Jakarta pada Rabu (3/2) menggelar silaturahmi internal di kantor Inilah.com, Jalan Rimba, Kebayoran Baru, Jakarta. Selain mempererat keakraban, sesi pertemuan itu pun menjadi ajang untuk berbagi pengalaman dan saling menguatkan semangat untuk meraih yang terbaik di masa depan.

Tokoh senior pers Indonesia, Muchlis Hasyim, misalnya, yang menyempatkan hadir dalam pertemuan tersebut, mewanti-wanti para pegiat JMSI yang nota bene para juniornya dalam profesi sebagai jurnalis, untuk tidak bingung di tengah beragam wacana yang hingar bingar di jagat politik nasional saat ini. Jurnalis yang baik, kata Muchlis, tidak pernah gamang meski kebenaran mungkin sedang dalam posisi tidak popular di tengah masyarakat yang riuh tanpa pegangan kokoh akibat kurangnya nalar dan rendahnya literasi.

“Justru wartawan yang baik yang harus bisa menyadarkan publik, membangunkan masyarakatnya dari situasi gamang dan limbung kebenaran,” kata Muchlis. “Wartawanlah yang harus memulihkan kejelasan dan keajegan visi politik kenegaraan, yang  mengingatkan semua masyarakat dan para tokoh akan prinsip dan haluan direktif konstitusional berjangka panjang, tanpa kehilangan daya fleksibilitas untuk dapat merespons berbagai ancaman dan perkembangan yang terus berubah,” kata dia.

Tak lupa Muchlis juga mengingatkan para pegiat JMSI Jakarta untuk mensyukuri nikmat Allah berupa tumbuhnya nilai-nilai demokrasi, yang diingatkan kembali oleh rakyat dengan digelarnya proses Reformasi 1998. “Pengingatan kembali nilai-nilai demokrasi itulah yang saat ini memungkinkan organisasi seperti JMSI lahir, dan pers yang profesional bisa terwujud. Melupakan nilai-nilai Reformasi dengan berbagai sisi detilnya, boleh dibilang sebagai upaya pengingkaran atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, khususnya kepada pers Indonesia,”kata dia.

Sementara Ketua Umum JMSI Pusat, Teguh Santosa, dalam kesempatan tersebut juga menyoroti perlunya keharusan insan pers, terutama para pegiat JMSI, untuk tidak melupakan bottom line alias inti tugas pers sebagai penjaga nilai-nilai kebenaran di masyarakat. Teguh mengingatkan, bahwa salah satu tugas pers yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, disebutkan bahwa “Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.”

Dalam tugasnya sebagai control social, kata Teguh, ia berharap para pegiat JMSI lewat aktivitas jurnalistik masing-masing mampu berfungsi sebagai kontrol sosial dalam menegakkan nilai-nilai Pancasila, penegakan hukum, dan penegakan hak asasi manusia.

“Mungkin saja pilihan masyarakat berubah, atau bisa juga masyarakat justru kebingungan oleh riuhnya wacana yang simpang siur di era media digital ini. Namun tetap saja, pers yang sejati harus memegang teguh fungsi dan perannya, dan tidak ikut-ikutan bingung dan limbung,” kata Teguh.

Dalam acara silaturahmi yang diikuti puluhan pegiat JMSI dari berbagai institusi media siber di Jakarta tersebut, Ketua Pengurus Daerah JMSI Jakarta, Darmawan Sepriyossa, turut mengatakan, solusi agar para insan pers tidak ikut mengalami myopia atau rabun dan mampu melihat persoalan secara jernih, tak lain kecuali memperkuat ‘moral capital’ yang dimiliki masing-masing insan pers.

“Yang menjadi inti kekuatan moral itu adalah kualitas komitmen insan pers dalam memperjuangkan nilai, keyakinan, tujuan, serta amanat penderitaan rakyat yang harus terus diperkuat, diperbesar dan ditingkatkan,” kata Darmawan. Cara yang paling elementer, menurutnya, tak lain kecuali kembali banyak mencari dan menggali fakta di lapangan.

“Mungkin agak membosankan karena terlalu sering dibicarakan, tetapi prinsip ketiga dari sembilan prinsip jurnalisme Kovach, bahwa esensi jurnalisme sejatinya disiplin verifikasi, itu harus selalu kita tanamkan dalam-dalam di benak,” kata dia.

Selain saling menasihati di antara rekan seprofesi, acara silaturahmi JMSI DKI Jakarta itu pun berhasil menyepakati pergantian beberapa kepengurusan. Khalid Zabidi dari media siber Epicentrum.com yang sebelumnya sekretaris Pengda dan kini menjadi pengurus JMSI Pusat, kini digantikan Aendra Medita dari jakartasatu.com. Sementara posisi bendahara umum JMSI DKI Jakarta kini dipegang oleh Fahd Pahdepie dari Inilah.com. [dsy]

Exit mobile version