“Kedua adalah memang untuk bisa memahami bagaimana hidup dalam perbedaan, kita memang harus membiasakan diri hidup bersama dengan orang-orang yang berbeda”
JAKARTA – Indonesia merupakan negara paling kaya akan keragaman, salah satunya agama. Dimana di Indonesia diakui enam agama yakni Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Cu. Olehnya itu, semua warga negara dituntut agar mampu saling bertoleransi satu sama lain, sehingga mewujudkan kehidupan yang rukun dan damai.
Pengamat sosial Universitas Indonesia (UI), Devie Rahmawati, mengatakan dalam merawat dan menumbuhkan sikap toleransi sebagai wujud menjaga persatuan di tengah pluralisme dan keberagaman dimiliki bangsa, maka ada tiga hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, bersyukur. Karena di tengah beragamnya suku, agama, ras, bahasa, dan budaya yang dimiliki bangsa, masih dalam kondisi sangat harmoni. Sebab, jika melihat kondisi negara lain, Timur Tengah misalnya yang bahkan memiliki kesamaan sejarah, juga bahasa, namun terus berada dalam pusaran konflik berkepanjangan di kawasan.
“Kedua adalah memang untuk bisa memahami bagaimana hidup dalam perbedaan, kita memang harus membiasakan diri hidup bersama dengan orang-orang yang berbeda,” ujarnya di Jakarta, Kamis (9/9/2021).
Ketiga, terus belajar untuk mengenal dan saling menerima perbedaan. Karena ketika sudah bertemu dengan orang yang berbeda, namun tidak berusaha memahami orang yang berbeda tersebut, tentunya keharmonisan sulit tercapai.
Oleh sebab itu, untuk memahami perbedaan tidak cukup hanya melalui teori semata, akan tetapi perlu dipraktikkan, salah satunya dengan membiasakan diri bertemu, berinteraksi, dan berada dalam lingkungan orang-orang yang berbeda-beda, agama, suku, ras, pekerjaan dan sebagainya.
“Jadi tahapannya agar masyarakat bisa toleran dengan perbedaan. Pertama nggak cukup hanya lewat pengetahuan, tapi juga harus punya pengalaman sehingga kemudian punya pemahaman. Ujungnya memiliki penerimaan terhadap perbedaan yang ada,” kata dia.
Ia juga menyarankan langkah strategis yang bisa dilakukan para tokoh masyarakat dan pemuka agama, yakni bersama-sama mengikis intoleransi di negeri demi mewujudkan Indonesia yang harmoni.
“Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda harus menjadi teladan. Apa sih maksudnya teladan di sini? Mempraktekkan lelaku toleransi, agar masyarakat dapat langsung menirunya, dan pelan-pelan merasakan manfaat dari damainya perbedaan,” katanya.