Site icon Jernih.co

Tiga Serangan di Hari Selasa Tewaskan Puluhan Rakyat Afganistan.

Seorang bayi yang selamat dari serangan kelompok bersenjata di rumah sakit bersalin (foto AFP)

AFGANISTAN – Harapan rakyat Afganistan untuk hidup damai dan lepas dari konflik kekerasan bersenjata menjadi impian yang sulit terwujud. Hari Selasa pagi (12/05) terjadi tragedi berdarah serangan bersenjata ke rumah sakit bersalin Dasht-e-Barchi di ibu kota Afghanistan, Kabul.

Peristiwa tersebut mengejutkan berbagai pihak, termasuk para wartawan yang biasa meliput konflik peperangan di Afganistan.  Serangan terhadap rumah sakit merupakan hal yang sangat menyedihkan karena mengakibatkan  24 orang terbunuh dan 16 lainnya menderita luka. Korban tewas terdiri dari bayi-bayi yang baru lahir, para ibu dan perawat.

Saat terjadi serangan, warga setempat mendengar dua ledakan dan suara tembakan. Menurut seorang dokter yang berhasil lolos, kepada BBC mengatakan ada 140 orang di rumah sakit saat serangan terjadi.

Serangan itu dilakukan 3 orang berpakaian polisi dan setelah terjadi baku tembak berjam-jam tiga orang itu berhasil dibunuh oleh petugas keamanan.  Berdasarkan keterangan para pejabat kepada BBC, pasukan khusus Afganistan juga berhasil menyelamatkan 100 perempuan dan anak-anak.

Meena Baktash, editor senior di BBC Afghan Service mengatakan bahwa dirinya sebagai warga Afganistan yang telah puluhan tahun meliput perang di Afghanistan, merasakan kejadian serangan itu merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan.

“Kita tidak tahu apa yang ada di benak orang-orang yang menyerang rumah sakit bersalin dan membunuh sejumlah ibu dan bayi. Saya tidak mengerti,” ungkap Baktash.

Sampai saat ini tidak ada pihak yang mengaku bertanggungjawab atas serangan itu. CNN mengabarkan bahwa Amerika Serikat menuding ISIS sebagai dalang dari aksi serangan terhadap rumah sakit bersalin di Kabul, Afghanistan.

Belum reda rasa kaget atas serangan berdarah  ke rumah sakit, terjadi lagi serangan bom bunuh diri yang membunuh 32 orang di kota Nangarhar yang terletak di  wilayah timur Afghanistan.  Pemboman itu terjadi saat acara pemakaman seorang komandan polisi yang dihadiri oleh ribuan orang.

Menurut penjelasan Baktash, mereka yang terbunuh itu adalah remaja dan pemuda . Pengeboman di acara pemakaman itu kemudian diakui oleh Kelompok Negara Islam atau ISIS.

Masih di hari yang sama, selepas serangan ke rumah sakit bersalin dan kejadian pengboman, lagi-lagi dikabarkan 10 orang terbunuh akibat serangan udara oleh pasukan Amerika Serikat  ke  Provinsi Balkh. Selain mengakibatkan korban jiwa juga  banyak yang menderita luka-luka.

“Tiba-tiba seluruh negeri bertumpahan darah. Saya tahu ini adalah masa yang sulit bagi semua orang, tetapi Selasa itu adalah hari yang seram.” Kata Baktash.

Perdamaian di Afganistan telah diupayakan di awal tahun 2020 setelah pihak Taliban dan pemerintah Afganistan menyepakati perjanjian penarikan pasukan Amerika.  Namun hal itu gagal terwujud karena tidak ada kesepakatan pembebasan tahanan. Sejak itu kekerasan meingkat.  

Taliban menyatakan tidak terlibat dalam serangan di rumah sakit Dasht-e-Barchi, tetapi Presiden Ashraf Ghani mengatakan Taliban telah mengabaikan seruannya untuk menghentikan kekerasan dan telah memerintahkan serangan ofensif terhadap mereka.

Akibat seruan Presiden Ashraf Ghani , dua hari kemudian, yaitu Kamis (14/05/2020) Taliban melancarkan  serangan mematikan ke pangkalan militer Afganistan di di kota Gardez, di timur Kabul.

Zabihullah Mujahid, juru bicara Taliban melalui pesan singkatnya ke media mengakui bahwa serangan itu dilakukan phaknya.  Dikutif dari AFP  Mujahir menyatakan setelah mendengar pengumuman ofensif, serangan syahid dilakukan terhadap markas militer pemerintahan Kabul.

Disaat warga Afganistan dihantui Pandemi covid 19, beban keselamatan hidup rakyat Afganistan semakin bertambah berat dengan berbagai kekerasan bersenjata yang mendera Afganistan.

Karut marut konflik yang dipicu empat pihak yang bertikai, yaitu Taliban, ISIS, Amerika Serikat dan Pemerintah Afganistan semakin sulit untuk berdamai. Kondisi tersebut menambah larut penderitaan warga Afganistan yang terpuruk dalam teror ketakutan dan kemiskinan.

Exit mobile version