“Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan tarif cukai hasil tembakau ditetapkan oleh Direktur Jenderal”
JAKARTA – Tarif cukai rokok kini resmi naik, dengan rata-rata sebesar 12 persen. Hal itu terlihat pada Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 192/PMK.010/2021 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau Berupa Sigaret, Cerutu, Rokok Daun Atau Klobot, Dan Tembakau Iris. Dimana kenaikan tarif tersebut berlaku mulai 1 Januari 2022.
“Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan tarif cukai hasil tembakau ditetapkan oleh Direktur Jenderal,” bunyi Pasal 15 dalam aturan itu, Kamis (30/12/2021).
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani, mengatakan keputusan diambil dengan memperhatikan keberlangsungan tenaga kerja di industri terkait, petani tembakau, maupun industri itu sendiri.
“Pak Presiden (Joko Widodo) memberi arahan (kenaikan cukai) 10 persen hingga 12,5 persen. Kami tetapkan di 12 persen,” katanya beberapa waktu lalu.
Khusus sigaret kretek tangan (SKT), rata-rata kenaikan cukai hanya 4,5 persen mengingat industri ini banyak menyerap tenaga kerja. Hal ini juga sesuai dengan arahan Presiden Jokowi yang menginstruksikan kenaikan cukai SKT tak lebih dari 5 persen.
Jika dirinci kenaikan cukai terendah terjadi pada SKT II sebesar 2,5 persen. Sementara, kenaikan cukai tertinggi pada Sigaret Kretek Mesin (SKM) IIB sebesar 14,3 persen.
“Jadi, terjadi perbedaan kenaikan yang cukup tinggi antara yang mesin dan yang tangan,” kata dia.
Selain menaikkan cukai rokok, pemerintah juga mengerek batasan minimal harga jual eceran (HJE) rokok. “Penyesuaian tarif cukai ini akan diikuti dengan kenaikan HJE. Ini tujuannya untuk comply ke UU Cukai agar tarif cukai tidak melebihi batas 57 persen dari HJE,” ujar dia.
Dengan kenaikan cukai tersebut, pemerintah berharap prevalensi rokok anak turun ke 3,88 persen. Kenaikan cukai juga diperkirakan menekan produksi rokok 3 persen dan mengerek indeks kemahalan menjadi 13,8 persen. Selain itu, kenaikan cukai juga sejalan dengan upaya mencapai target penerimaan cukai dalam APBN 2020 sebesar Rp193,5 triliun.
“Kami tentu akan gunakan hasil penerimaan cukai hasil tembakau untuk dibagikan ke Pemda (Pemerintah Daerah) dalam rangka untuk jaga kesehatan, namun juga untuk kesejahteraan masyarakat terutama petani dan pekerja industri hasil tembakau,” katanya.