Jernih.co

Trump Berencana Masukkan Antifa dan Ku Klux Klan Sebagai “Organisasi Teroris”

Sebelumnya, Jaksa Agung William Barr pada Agustus lalu mengatakan Antifa adalah “kelompok revolusioner” yang bertekad membangun komunisme atau sosialisme di Amerika Serikat.

JERNIH– Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, direncanakan akan mengumumkan pernyataan yang menunjuk gerakan sayap kiri Antifa dan Ku Klux Klan (KKK) sebagai organisasi teroris. Kedua organisasi tersebut dianggap mensponsori berbagai kejahatan rasial yang dalam undang-undang federal bisa dijatuhi hukuman mati.

The Epoch Times, media yang berbasis di AS menulis, Trump pada Jumat lalu mengatakan, dia akan memberikan rincian tentang rencananya mendorong kemajuan untuk warga kulit hitam Amerika. Di dalamnya termasuk janji untuk memberikan akses permodalan kepada komunitas-komunitas kulit hitam dengan dana sekitar  500 miliar dolar AS.

Kelompok Antifa, alias Anti-fascis, dalam sebuah demonstrasi anti-White Supremacy

Langkah tersebut kemungkinan merupakan upaya Trump untuk mencoba meraih dukungan pemilih kulit hitam yang selama ini dianggap lebih condong kepada calon Presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden.

“Selama beberapa dekade, politisi Demokrat seperti Joe Biden telah menerima begitu saja pemilih kulit hitam. Mereka memberi Anda janji besar di awal setiap pemilihan — dan saat mereka masuk ke Washington, menempati Gedung Putih, mereka meninggalkan Anda. Mereka itulah penjual Anda!”kata Trump dalam sebuah acara di Florida. “Demokrat akan selalu menerima pemilih kulit hitam begitu saja sampai sejumlah besar orang kulit hitam Amerika memilih Republik.”

Trump juga akan menjadikan Juneteenth– perayaan emansipasi untuk mereka yang telah diperbudak di Amerika Serikat, sebagai hari libur nasional, sebagaimana dilaporkan Fox News, merujuk pidato Trump.

Trump juga akan menunjuk Antifa–yang digambarkan sebagai gerakan anarko-komunis—sebagai sebuah organisasi teroris, kata laporan itu. Awal musim panas ini– di tengah kerusuhan dan berbagai aksi gerakan sayap kiri, Trump mengumumkan di Twitter bahwa dia akan mendeklarasikan hal itu. Sejauh ini belum ada tindakan apa pun yang diambil pemerintahan yang dipimpinnya.

“Alih-alih memperjuangkan keamanan publik untuk komunitas ini, Demokrat menyerang polisi kami dan memberdayakan perusuh sayap kiri, penjarah, dan anarkis,” kata presiden. “Di Partai Republik, kami percaya dalam melindungi semua kehidupan kulit hitam — termasuk yang belum lahir.”

Trump menambahkan, “Setiap anak, dari setiap ras– lahir dan belum lahir–dibuat menurut gambar Suci Allah. Partai Republik percaya bahwa semua kehidupan manusia itu suci,” kata dia, yang tiba-tiba terdengar religius.

Dalam pidatonya, Trump juga berjanji akan meningkatkan keamanan di komunitas kulit hitam.

Langkah Trump untuk menunjuk Antifa sebagai organisasi teroris terjadi setelah Direktur FBI Christopher Wray mengatakan kepada Kongres bahwa mereka yang terlibat dalam protes kekerasan baru-baru ini adalah target penyelidikan FBI yang serius.

“Kami telah melihat kepatuhan Antifa menyatu dan bekerja bersama dalam apa yang saya gambarkan sebagai kelompok dan node kecil,” kata Wray. Wray menambahkan bahwa biro tersebut sedang melakukan banyak penyelidikan “terhadap beberapa ekstremis brutal anarkis, beberapa di antaranya beroperasi melalui titik-titik ini.”

Sebelumnya, Jaksa Agung William Barr pada Agustus lalu mengatakan Antifa adalah “kelompok revolusioner” yang bertekad membangun komunisme atau sosialisme di Amerika Serikat.

“Mereka adalah kelompok revolusioner yang tertarik pada beberapa bentuk sosialisme, komunisme. Mereka pada dasarnya adalah Bolshevik. Taktik mereka fasistik, ”kata Barr dalam wawancara dengan Fox News pada 9 Agustus.

Kyle Shideler, direktur dan analis senior untuk Homeland Security and Counterterrorism, di Center for Security Policy, menyatakan kepada The Epoch Times bahwa Barr dan pejabat federal lainnya perlu “memperlakukan kelompok itu sebagai kekuatan subversif dan pemberontak.”

“Struktur jaringan Antifa yang terdistribusi dan non-hierarkis membutuhkan intelijen yang lebih baik untuk dilawan,” katanya, sembari menunjuk bahwa pemerintah federal memiliki tanggung jawab khusus untuk mengatasi ancaman tersebut.

[Jack Phillips/Epoch Times/Reuters dan Bowen Xiao]

Exit mobile version