Site icon Jernih.co

Tuntut Pembebasan 60 Warga Sipil, Pejuang Etnis Chin Bakar Pos Militer Myanmar

JERNIH — Pasukan Pertahanan Chin (CDF) menyerbu dan membakar sebuah pos militer Myanmar di Surkhua, kota kecil 80 kilometer dari ibu kota Hakha, Sabtu 9 Mei.

CDF akan kelompok yang dibentuk untuk melindungi warga sipil etnis Chin dari serangan militer. Mereka merebut, menguasai, dan membakar pos terdepan tanpa perlawanan.

Juru bicara CDF mengatakan ada empat tentara dan 11 polisi di pos itu ketika CDF tiba. “Mereka tak memberikan perlawanan dan lari saat melihat kami dari kejauahan,” kata juru bicara itu kepada Myanmar Mow.

Tidak ada personel CDF yang melepas tembakan. Pos terdepan itu tidak dihuni banyak personel. Militer dan polisi juga tahu tentang CDF.

CDF beranggotakan etnis Chin dari sembilan kota di negara bagian Chin serta di luar wilayah mereka. Kelompok ini dibentuk April lalu, di tengah tindakan keras militer terhadap pengunjuk rasa anti-kudeta.

“Kami merebut pos terdepan karena militer dan tentara di pos itu setia kepada rezim militer, kendati ada tuntutan dari masyarakat agar mereka membelot,” kata juru bicara itu.

Sejauh ini hanya dua polisi di pos itu yang bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil (CDM). Sebanyak 15 polisi lainnya masih setia dengan rezim militer.

Setelah menyita beberapa amunisi yang ditinggalkan pasukan rezim, CDF membakar pos terdepan untuk mencegah pasukan pemerintah kembali.

“Ini peringatan bahwa kami merebut pos terdepan mereka,” kata juru bicara CDF. “Jika mereka tidak setuju dengan tuntutan kami, kami akan mengambil langkah lebih lanjut.”

CDF sebelumnya mengklaim telah menewaskan sembilan personel Tatmadaw, julukan militer Myanmar, dalam tiga serangan berturutan. Tuntutan mereka adalah rezim membebaskan 60 warga sipil yang ditahan karena ikut aksi protes anti-kudeta.

Akhir bulan lalu, CDF mengklaim menewaskan 30 tentara myanmar selama empat hari pertempuran di Mindat.

Exit mobile version