Site icon Jernih.co

Ukraina Desak Georgia Buka Front Kedua Melawan Rusia, Tbilisi Menolak

JERNIH — Ukraina menyeru Georgia membuka ‘front kedua’ melawan Rusia untuk memberi dukungan berkualitas bagi upaya Kyiv mengatasi invasi Kremlin. Georgia menolak.

Alexey Danilov, sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Georgia memiliki peluang mengembalikan wilayahnya dengan mengobarkan konflik baru melawan Rusia.

BACA JUGA:

Berbidara dalam siaran langsung Stasiun TV1+1, dan dikutip Russia Today, Danilov juga mengkritik Georgia yang memilih abstain dan tidak menjatuhkan sanksi anti-Rusia dengan alasan merugikan ekonomi dalam negeri.

“Georgia berperilaku tidak tepat,” kata Danilov, seraya menyebut Ossetia Selatan dan Abkhazia — dua wilayah kantong etnis Rusia di dalam Georgia yang memisahkan diri setelah perang lima hari tahun 2008.

Danilov juga menyebut Moldova, negeri yang memisahkan diri usai Uni Soviet bubar tapi pasukan Rusia masih bercokol di dalamnya.

“Jika mereka membuka front kedua, Rusia akan sibuk dengan sesuatu selain menghancurkan desa-desa dan membunuh anak-anak Ukraina,” katanya.

Seruan Danilov ditanggapi dingin politisi Tbilisi. Nikoloz Samharadze, anggota parlemen dari Partai Impian yang berkuasa di Georgia, ragu pernyataan seperti itu dibuat pejabat senior Ukraina.

“Saya berharap itu bohong,” kata Samharadze. “Membuka front kedua untuk menghancurkan kota dan desa kami, sehingga perempuan dan anak-anak mati? Apakah itu benar.”

Mikhail Sardzhveladze, juga politisi dari Partai Impian, mengatakan memicu lebih banyak konflik tidak akan membantu atau melegakan Ukraina.

Danilov juga mendukung gagasan mengklaim wilayah Kaliningrad dari Rusia. Klaim disuarakan mantan komandan Angkatan Darat Polandia Jenderal Waldemar Skrzypczak awal pekan lalu. Menurutnya, Kaliningrad adalah wilayah bersejarah jeraman yang dicaplok Rusia setelah kekelahan Nazi Jerman.

“Wilayah itu sebenarnya milik Polandia,” kata Jenderal Waldemar Skrzypczak.

Anton Alikhanov, gubernur Kalilingrad, memperingatkan Polandia untuk tidak mengajukan klaim teritorial. Sebab, lanjutnya, sebagian besar wilayah yang sekarang bernama Polandia adalah taklukan Nazi yang ditransfer ke Uni Soviet.

“Wilayah itu diserahkan ke rakyat Polandia sebagai hadiah,” katanya.

Exit mobile version