“Saya akan bekerja untuk membentuk pemerintahan dengan cepat karena waktu hampir habis,” kata Saad Hariri dan menegaskan, ini adalah “kesempatan satu-satunya dan terakhir” bagi Lebanon untuk melakukan perombakan politik dan reformasi menyeluruh.
JERNIH– Presiden Lebanon Michel Aoun hari Kamis (22/10) kemarin memberi mandat kepada Saad Hariri untuk membentuk kabinet baru. Politisi kawakan berusia 50 tahun itu sudah pernah tiga kali menjabat perdana menteri. Tahun lalu dia mengundurkan diri setelah tekanan gerakan protes yang menuntut reformasi. Kini untuk keempat kalinya Hariri akan memimpin Lebanon, di masa-masa yang sangat sulit dan di tengah krisis mendalam.
“Saya akan bekerja untuk membentuk pemerintahan dengan cepat karena waktu hampir habis,” kata Saad Hariri dan menegaskan, ini adalah “kesempatan satu-satunya dan terakhir” bagi Lebanon untuk melakukan perombakan politik dan reformasi menyeluruh.
Hariri mengatakan, dirinya akan “membentuk kabinet yang terdiri dari para ahli non- politik dengan misi reformasi ekonomi, keuangan dan administrasi yang tertuang dalam peta jalan inisiatif Prancis”. Dia akan mulai melakukan konsultasi dengan berbagai fraksi di Parlemen, hari ini.
Lebanon berada di bawah tekanan internasional untuk membentuk kabinet darurat yang independen guna mengatasi penurunan ekonomi yang diperburuk oleh pandemi virus corona dan ledakan dahsyat di Pelabuhan Beirut pada 4 Agustus.
Insiden ledakan itu menyulut kemarahan warga dan menyebabkan pengunduran diri pemerintahan Perdana Menteri Hassan Diab, yang kemudian digantikan seorang diplomat yang relatif tidak dikenal, Mustapha Adib. Namun tidak sampai sebulan, Adib juga menyerah dan meletakkan jabatan setelah mendapat penentangan dari beberapa partai utama di parlemen.
Segera setelah Presiden Michel Aoun menunjuknya, Saad Hariri diambil sumpahnya untuk menjabat Perdana Menteri baru. Proses pembentukan kabinet biasanya berlangsung alot, karena tradisi pembagian kekuasaan antara blok-blok politik untuk menjaga keseimbangan antara berbagai komunitas politik dan agama.
Setelah pemilihan parlemen tahun 2018, Saad Hariri sendiri membutuhkan waktu delapan bulan untuk menyelesaikan susunan kabinetnya yang terakhir.
Pencalonannya hari Kamis didukung oleh 65 anggota parlemen, sementara 53 memberi suara abstain. Saad Hariri terutama didukung oleh fraksi Sunni, Gerakan Amal. Fraksi Hizbullah yang berpengaruh tidak mengajukan calon yang bisa diterima oleh Presiden Lebanon, dan memberi suara abstain.
Saad Hariri adalah putra mantan Perdana Menteri Lebanon Rafiq Hariri, yang terbunuh pada Februari 2005 dalam peledakan bom terhadap konvoi kendaraannya di pusat kota Beirut.
Uni Eropa menyambut terpilihnya Saad Hariri dan menekan “perlunya pembentukan cepat pemerintah yang kredibel dan akuntabel”. Kembalinya Hariri ke politik terjadi hampir tiga bulan setelah ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut yang menewaskan lebih dari 200 orang dan menghancurkan sebagian ibu kota Lebanon.
Dua puluh lima orang telah ditangkap atas ledakan 4 Agustus itu, yang terjadi setelah kebakaran di gudang yang menyimpan ratusan ton amonium nitrat. Tapi organisasi hak asasi Human Rights Watch (HRW) mengatakan hari Kamis (22/10), penyelidikan itu gagal memberikan hasil yang kredibel, dan menyerukan “penyelidikan internasional yang independen”.
“Campur tangan politik ditambah dengan kegagalan lama sistem peradilan telah membuat penyelidikan domestik yang kredibel dan tidak memihak tampaknya tidak mungkin,” kata HRW dalam sebuah pernyataan.
Demonstrasi kecil menentang Hariri terjadi di pusat kota Beirut Rabu malam (21/10). Puluhan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan menentangnya dan berhadapan dengan para pendukungnya, namun pasukan keamanan masuk dan memisahkan kedua belah pihak. [AFP/Reuters/AP]