- Sejak kematian Benediktus XVI, Kuria Romawi — kelompok konservatif di Vatikan — menekan Paus Fransiskus.
- Paus Fransiskus bertekad meneruskan misi selama kesehatannya memungkinkan.
JERNIH — Pemimpin Gereja Katolik Paus Fransiskus menghadapi tekanan hebat klan konservatif Kuria Romawi, yang menuduhnya memiliki pandangan longgar terhadap doktrik Katolik.
France24 melaporkan pertentangan keduanya — berkaitan isu homoseksualitas dan perceraian — terus membesar dan membahayakan kesatuan komunitas Katolik serta menimbulkan banyak pertanyaan tentang masa depan kepausan Fransiskus.
Sejak terpilih tahun 2013, Paus Fransiskus menonjol karena posisinya dalam isu sensitif secara sosial. Terakhir, Paus Fransiskus menyetujui keputusan yang mengizinkan pastor memberkati pasangan sesama jenis. Keputusan ini menimbulkan gelombang penolakan di banyak negara.
Keinginan Paus Fransiskus menghadirkan visi Gereja Katolik yang lebih terbuka dan penuh belas kasihan menimbulkan kekaguman banyak uman beriman, tapi memantik perlawanan kelompok konservatif Kuria Romawi. Bagi kelompok konservatif, visi Paus Fransiskus bertentangan dengan prinsip dasar doktrin Katolik.
Situs fatshimetrie.org menulis Paus Fransiskus juga dikritik karena gaya manajerialnya yang dinilai otoriter. Beberapa anggota Kuria Romawi mengecam kurangnya demokrasi dalam pengambilan keputusan di dalam Gereja Katolik. Sentralisasi kekuasaan dan penerapan reformasi tanpa konsultasi memicu ketidakpuasan sebagian hierarki gerejawi.
Sejak kematian Benediktus XVI, tekanan terhadap Paus Fransiskus meningkat luar biasa. Kuria Romawi meningkatkan serangan media sebagai upaya membuat Paus Fransiskus menyerah dan menanggalkan visinya.
Paus Fransiskus menghadapi tekanan dengan tekad melanjutkan misi selama kesehatannya memungkinkan. Namun, suara-suara di koridor Vatikan membicarakan hari-hari terakhir Paus Fransiskus.
Penentang Paus Fransiskus percaya sudah waktunya pemimpin tertinggi Gereja Katolik itu mengundurkan diri dan memberi jalan bagi seseorang yang berpegang teguh apda nilai-nilai tradisional Gereja Katolik.