Site icon Jernih.co

Warga Tunisia Demo Tolak Perpanjangan Masa Lockdown

TUNIS-Tolak kebijakan pemerintah perpanjang masa lockdown selama dua minggu, warga Tunisia dari sebuah distrik kelas pekerja berdemonstrasi di ibu kota, Selasa (31/3/2020). Raturan warga yang berdemo itu menganggap lockdown tidak proporsional dan berdampak pada orang miskin.

AFP mengutip teriakan pendemo “Tidak masalah virus corona, kita akan mati juga! Mari kita bekerja!”, seperti dilansir AFP, Rabu (1/4/2020)

Seorang tukang batu yang ikut dalam barisan pendemo meneriakkan kemarahannya “Biarkan saya setidaknya membawa pulang roti untuk anak-anak saya,” kata tukang batu kepada AFP.

Baca juga: India Lockdown Tiga Pekan Untuk Lindungi 1,3 Miliar Penduduknya

Para pendemo ditengarai berasal dari Mnilha dan Ettadhamen yang terletak dipinggir Tunis, ibu kota Tunisia. Daerah itu merupakan wilayah dengan fasilitas kesehatan terbatas. Kebanyakan warganya bekerja sebagai pekerja harian. Kehidupannya jadi berat dan tidak memiliki penghasilan karena tertahan oleh kebijakan lockdown.

“Aku belum bekerja dalam 15 hari,” kata seorang wanita bernama Sabiha.

Sejak pagi, warga telah berbaris menuju kantor pemerintah setempat untuk menuntut pembayaran kesejahteraan, mereka juga minta ijin meninggalkan rumah mereka. Aksi mereka diwarnai blokir jalan dan membakar ban.

Baca juga: Selandia Baru Lockdown Selama Empat Pekan

Anggota dewan Mnilha, Imed Farhat, kecewa dengan sikap warga Tunisia yang tidak mengindahkan aturan lockdown, ia menuntut aparat penegak hukum

“Kami meminta penegak hukum untuk turun tangan. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Kita harus mendengarkan mereka,” kata Mnilha kepada AFP.

“Kami berusaha mengatasi epidemi. Tetapi setiap hari sama dan mereka berkumpul di depan kantor,”.

Wabah Covid-19 berdampak pada sektor pariwisata yang menjadi andalan ekonomi utama bagi Tunisia. Akibat penyebaran tersebut pemerintah setempat menutup kegiatan bisnis dan lainnya sejak 4 Maret lalu.

Baca juga: Australia Tertutup Bagi Warga Negara Asing

Pada tanggal 21 Maret, Perdana Menteri Elyes Fakhfakh menjanjikan akan mengirim paket bantuan ekonomi sebesar 150 juta dinar ($ 52 juta 48 juta euro) ditujukan bagi warga yang paling parah terkena dampak lockdown. Namun tidak dijelaskan waktu pendistribusiannya.

Kementerian sosial Tunisia juga menjanjikan pembayaran akan segera didistribusikan dari 31 Maret hingga 6 April.

Tunisia melaporkan sebanyak 312 kasus infeksi Covid-19 terjadi di Tunisia sejak 2 Maret dengan sepuluh angka kematian.

Sebanyak 1.119 orang ditangkap karena melanggar keluar jam malam yang telah dijalankan sejak 17 Maret. Demikian juga 242 orang ditangkap karena melanggar perintah lockdown sejak 22 Maret.

Kebijakan lockdown dijadwalkan mulai 21 Maret hingga 4 April namun hari Selasa kemarin pemerintan Tunisia memperpanjang kebijakan tersebut 15 hari lagi.

(tvl)

Exit mobile version