Jenewa — Badan Kesehatan Dunia (WHO), Kamis 30 Januari 2020, mengumumkan durarat global penyebaran korona virus, atau 2019-nCoV.
Korban tewas korona virus terus berjatuhan, dan kini menjadi 212. Penduduk terinfeksi di Cina dan seluruh dunia, seperti dilaporkan Universitas John Hopkins, mencapai 8.236.
WHO mendefinisikan keadaan darurat internasional sebagai peristiwa luar biasa, yang mengancam negara lain dan memerlukan respons internasional terkoordinasi.
Cina kali pertama mengumumkan temuan virus korona jenis baru kepada WHO, akhir Desember 2019. Saat ini korban terinfeksi virus korona di Cina mencapai 8.124, dengan seluruh korban tewas terdapa di negara itu.
Virus menyebar ke kota-kota di Cina, melewati perbatasan dan tiba di beberapa negara. Saat ini, 18 negara melaporkan temuan kasus korona virus, dan memicu kekhawatiran.
Para ilmuwan berlomba memahami bagaimana virus itu menyebar, dan seberapa merusak. Mereka juga terus berlomba menemukan vaksin, untuk mencegah penyebaran virus dan menyembuhkan korban terinfeksi.
Para ahli mengatakan ada bukti signifikan virus itu menyebar dari dan ke individu, dan menciptakan situasi memprihatinkan di AS, Prancis, Jepang, Jerman, Kanada, Korsel, dan Vietnam.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO, mengatakan penyebaran virus korona memprihatinkan orang-orang di luar Cina.
“Inilah alasan utama penetapan virus korona sebagai darurat global,” katanya. “Kekhawatiran kami adalah virus menyebar ke negara-negara dengan sistem kesehatan lebih lemah dan tak siap menghadapinya.”
Ia juga menegaskan deklarasi ini bukan mosi tidak percaya kepada pemerintah Tiongkok. WHO, katanya, justru percaya kemampuan Cina mengendalikan wabah.
Menanggapi penetapan WHO, Hua Chunying — juru bicara kementerian luar negeri Cina — mengatakan Beijing terus bekerja sama dengan WHO dan negara lain untuk menjaga keamanan kesehatam masyarakat internasional dan regional.
Darurat global biasanya memiliki efek ganda. Cina akan kebanjiran bantuan uang dari banyak negara. Di sisi lain, semua negara punya alasan untuk menutup pintu bagi pendatang dari Cina.
Bahkan siapa pun punya alasan menghentikan kerjasama ekonomi dan perdagangan, selama status darurat global belum dicabut WHO.
Saat ini saja sejumlah maskapai menghentikan jalur penerbangan ke Cina. Di Jepang, pemilik restoran memasang pengumuman Orang Cina Dilarang Masuk.
Namun Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan; “WHO tidak merekomendasikan tindakan yang mengganggu perjalanan dan perdagangan internasional.”