Faktanya, pemerintah telah membayar mahal atas kurang fokus atau bahkan menutup ketidakpedulian akan masalah ekonomi yang mendesak, dengan lebih mengedepankan agenda sosial dan politiknya yang sempit
JAKARTA– Gesekan antara komunitas Hindu dan Muslim adalah persoalan permanen di kehidupan sehari-hari India. Serangan berkala dan kerusuhan berdarah sering terjadi. Namun sejak munculnya Perdana Menteri Narendra Modi dan partai BJP, kekerasan terhadap umat Muslim telah meningkat sangat pesat.
Baru-baru ini, itu muncul selama kunjungan Presiden AS Donald Trump ke India, ketika umat Hindu memukul dan menembaki umat Islam di Delhi, umat Muslim pun terpaksa melawan balik bertahan.
Dalam apa yang tampaknya menjadi pola penargetan Muslim, pemerintah telah memberlakukan kondisi seperti pengepungan terhadap penduduk Muslim Kashmir India. Pemerintah juga mengeluarkan undang-undang kewarganegaraan baru yang dapat membuka pintu bagi diskriminasi hukum terhadap umat Islam. Pada saat yang sama, lembaga penegak hukum justru menutup mata terhadap kekerasan berdarah yang ditujukan pada umat Islam.
Hanya ada sedikit keraguan bahwa kebijakan Modi telah menguatkan para pendukung Hindutva, yang percaya bahwa India harus menjadi negara Hindu. Ini adalah tantangan besar bagi Muslim India untuk berurusan dengan bagian kuat dari mayoritas Hindu, yang bertekad mencampuradukan agama dengan politik dan mengakar pada komunalisme.
Saat ini, banyak nasionalis Hindu tampaknya melihatnya sebagai misi hidup mereka untuk merampas hak-hak kesetaraan Muslim India, atau bahkan mengusir mereka pergi. Belakangan, mereka bahkan ingin memperlakukan pemakaian tulisan agama Hindu ke dalam hukum India.
Umat Muslim di India
Penting untuk diingat bahwa Muslim adalah minoritas terbesar di India, yang merupakan lebih dari 14 persen populasi. Ada suatu masa ketika umat Hindu dan Muslim bergandeng tangan bersama-sama–termasuk keluarga saya, berjuang untuk kebebasan melawan pemerintahan kolonial Inggris. Mereka dengan tegas menolak teori tersebut, yang disebarkan oleh politisi yang haus kekuasaan, bahwa umat Hindu dan Muslim tidak bisa hidup bersama di satu negara.
Hari ini, untuk menyatakan bahwa Muslim India adalah anti-nasional dan alien, seperti yang dilakukan beberapa orang, adalah tidak masuk akal dan bodoh.
Terlepas dari ancaman pengucilan politik dan sosial, umat Islam belum mundur hingga tersudut di dalam cangkang atau mengadopsi cara perlawanan yang keras. Muslim India memiliki keunggulan, yang tidak seperti negara-negara otoriter Asia lainnya, India adalah negara demokrasi. Ini memiliki konstitusi sekuler, proses pemilihan yang tidak memihak, peradilan yang independen, demokrasi yang hidup, pers yang relatif bebas, dan tentara yang menjauh dari politik. Sudah waktunya bagi umat Islam untuk menguji lembaga-lembaga India untuk mendapatkan ganti rugi hukum dan perlindungan konstitusi.
Faktanya, Muslim India–seperti halnya semua orang India, prihatin dengan kemiskinan, pekerjaan, dan pendidikan. Ekonomi yang melambat dan meningkatnya pengangguran telah melukai semua orang, tak hanya orang-orang Hindu. Ekonomi India diperkirakan akan tumbuh pada tingkat terendah dalam lebih dari satu dekade.
Ketidakharmonisan sosial, perlambatan ekonomi, dan meningkatnya kemiskinan mengancam kemajuan India. Semua mencoreng citra Modi sebagai pemimpin yang kuat dan berorientasi bisnis. Jika ekonomi terus meluncur ke bawah, Modi mungkin perlu menggunakan semua pesonanya untuk mengendalikan gerombolan pengikutnya yang tidak puas. Dia harus menginginkan secara kuat bahwa protes dan kekerasan lambat laun menghilang mati, dan emua kembali seperti biasa.
Sekularisme India di Era Modi
Ada juga tanda-tanda menggembirakan bahwa sekularisme India, yang telah mundur selama beberapa waktu, menemukan momentum. Kampanye pembangkangan sipil yang luar biasa di India terhadap hukum kewarganegaraan baru patut dipuji. Ini menyatukan semua orang India tanpa memandang agama, termasuk wanita dan mahasiswa, sebagai bagian dari mobilisasi anti-Hindutva.
Ancaman serius yang ditimbulkan pada India sekuler dan pluralis, oleh juggernaut nasionalis Hindu, sedang dilawan. Memang hanya ada satu kata: lawan!
Ketika Modi memenangkan pemilihan ulang pada 2019, sepertinya dia tidak mungkin berbuat salah. Beberapa mempertanyakan cara-cara Modi memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Ini adalah cara-cara kuno khas India. Di India, hal yang menarik bagi mayoritas Hindu adalah menyalahkan minoritas Muslim dan Pakistan untuk semua persoalan dan penyakit masyarakat, dan menggunakan media yang kuat untuk membunyikan kebenaran versi BJP. Formula ini bekerja sampai masalah sosial dan ekonomi yang serius muncul. Dan oposisi menghadapi tantangan, memaksa Modi untuk mempertahankan rekornya.
Sekarang, situasinya telah melampaui persoalan untuk menolak perlawanan sebagai “anti-nasional” dan “rayap”, jika memang menginginkan India naik ke panggung dunia. Faktanya, pemerintah telah membayar mahal atas kurang focus atau bahkan menutup ketidakpedulian akan masalah ekonomi yang mendesak dengan lebih mengedepankan agenda sosial dan politiknya yang sempit. Akibatnya, bersatunya oposisi saat ini telah mengambil hati publik. Mereka memanfaatkan celah kesempatan yang dibuat oleh beberapa kebijakan BJP yang kontroversial. Sangat mengharukan melihat Muslim India memainkan peran aktif dalam oposisi demokratik bersatu.
Terlepas dari kemunduran baru-baru ini, BJP memiliki mayoritas pemilih yang kuat, cukup untuk mengatasi tantangan pemilihan untuk aturannya. Tetapi mungkin sudah waktunya untuk beberapa introspeksi. Modi dan BJP harus meyakinkan negara bahwa mereka tidak memiliki niat untuk menenggelamkan perbedaan pendapat dan menumbangkan institusi nasional untuk mendapatkan kekuasaan politik.
Pada saat yang sama, mereka harus meyakinkan minoritas, khususnya Muslim India, bahwa mereka adalah bagian integral dari masyarakat India, dan bahwa pemerintah dengan tegas menentang kekerasan dan diskriminasi yang ditujukan pada kelompok rentan. Tidak seperti sebelumnya, keharmonisan sosial penting dalam derap sukses India menuju tempat yang selayaknya di pentas dunia. [Saad Hafiz*/ The Globe Post]
Saad Hafiz adalah analis masalah social dan politik India