Berlin — Auschwitz Bierkenau bukan satu-satunya kamp konsentrasi Nazi di Polandia. Tiga lainnya adalah Sobibor, Treblinka, dan Belzec.
Sampai 2014, sejarawan tanpa kesulitan mengakses foto-foto suasana kamp konsentrasi Auschwitz, Treblinka, dan Belzec, tapi tidak satu pun ada foto Sobibor.
Foto-foto Sobibor menjadi penting karena kamp konsentrasi di bawah SS ini adalah bagian program pemusnahan Yahudi yang disebut Operasi Reinhard. Selama sekian puluh tahun, cerita tentang Sobibor seolah tanpa bukti.
Tahun 2015, seorang cucu Johann Niemann — wakil komandan SS — menyerahkan sejumlah 361 foto dari empat kamp konsentrasi di Polandia. Salah satunya Sobibor.
Selasa 29 Januari 2020, saat Eropa merayakan pembebasan kamp konsentrasi Auscwitz oleh Tentara Merah, foto-foto itu dipamerkan di Museum Topografi Teror di Berlin.
Demjanjuk ‘The Trawniki’
Pengunjung, terutama pemerhati sejarah Holocaust, kini bisa menyaksikan wajah John Demjanjuk — penjaga terkenal Kamp Sobibor. ‘Pembantai’ itu ditahan di penjara Munich sebagai ‘tersangka’ penjahat perang, dan meninggal setahun kemudian saat proses banding pada usia 91 tahun.
Demjanjuk terlihat di dua foto. Lainnya adalah foto-foto personel SS yang bersantai dengan alkohol dan menghibur diri, tidak jauh dari tempat pembantaian.
Ada banyak alasan untuk membuat Demjanjuk terkenal. Ia bukan orang Jerman, tapi Ukraina. Bersama orang-orang dari wilayah Uni Soviet, Demjanjuk dilatih untuk membantu pemusnahan massal Yahudi dan etnis minoritas lainnya. Jerman menyebut mereka ‘orang-orang Trawniki.
Demjanjuk bekerja di Sobibor sejak kamp itu digunakan tahun 1941. Oktober 1943, tahanan yang masih sehat dan nekad mengobarkan pemberontakan hebat. Johann Niemann tewas dikampak tahanan Yahudi.
Banyak tahanan kabur, tak sedikit korban di pihak Nazi. Tahun itu pula, SS menghancurkan Sobibor untuk menghapus bukti pembunuhan massal yang mereka lakukan.
Penghancuran relatif menyeluruh. Tidak ada catatan tahanan tersisa. Tidak ada pula sisa kamar gas, atau pembakaran mayat.
Demjanjuk juga menghilang, dan tak terlacak selama empat dekade sejak Nazi Jerman dikalahkan. Namun agen-agen Israel tanpa putus asa terus mengejarnya.
Tahun 1988, agen Israel menangkapnya di sebuah kota di AS — tempat dia menghabiskan empat dekade sebagai mekanik mobil. Ia diekstradisi ke Israel, diadili, dinyatakan bersalah membunuh 28 ribu Yahudi di Sobibor, dan dijatuhi hukuman mati.
Tahun 1993, setelah melalui proses investigasi, Mahkamah Agung Israel membatalkan keputusan itu karena keraguan akan identitas Demjanjuk.
Demjanjuk bersikukuh tidak bersalah, dan bukan si penjagal dari Sobibor. Tahun 2009, ia diekstradisi ke AS. Penyelidik AS tidak yakin dengan pengakuannya, dan mengekstradisinya ke Jerman.
Di Jerman, Demjanjuk yang sudah renta diadili lagi tahun 2011. Sekali lagi ia dinyatakan bersalah, dan dijatuhi hukuman mati. Ia mengajukan banding. Saat proses banding berlangsung Demjanjuk meninggal tahun 2012 akibat usia tua.
Jika tak meninggal, Demjanjuk diprediksi akan dinyatakan bebas oleh pengadilan tinggi Jerman. Alasannya, vonis pengadilan tingkat pertama melanggar dasar hukum baru, yaitu tidak boleh menghukum kejahatan individu di kamp kematian tanpa bukti.
Alasan itu pula yang membuat Mahkamah Agung Israel membatalkan hukuman mati Demjanjuk. Yang menjadi persoalan siapa pun meragukan klaim Demjanjuk.
Pertanyaan menariknya adalah mengapa cucu Johan Niemann menyerahkan foto-foto Kamp Sobibor, setelah kematian Demjanjuk. Bukankah dua foto bisa dijadikan bukti kejahatan sang penjaga?
Pelukis, Pembantai
Entah siapa yang harus menjawab pertanyaan itu. Yang pasti, orang-orang yang berkunjung ke Museum Topografi Teror di Berlin lebih suka memelototi setiap foto dari masa lalu yang kelam.
Foto-foto itu telah direproduksi dan diserahkan ke arsip United States Holocaust Memorial Museum (USHMM) di Washington.
Bagi sejarawan, Demjanjuk mungkin bukan satu-satunya yang menarik. Lainnya adalah Niemann.
Sejarawan Martin Cueppers mengatakan koleksi foto Sobibor dan dua kamp lainnya menunjukan bagaimana peringkat rendah sS diberi kebebasan mengembangkan mesin pembunuh massal.
“Niemann mengambil inisiatif itu di Belzec,” kata Cueppers. “Ia melakukan kebebasan yang mencengangkan, dengan mencoba berbagai metode pembunuhan baru.”
Satu foto memperlihatkan Niemann berpose di atas kuda pada awal 1943, ketika orang Yahudi yang dideportasi tiba dengan truk ternak.
Niemann adalah pelukis. SS mengubahnya menjadi penjagal, sejak ia bergabung dan bertugas di kamp tahun 1930.
Sebagai pelukis, Niemann bereksperimen dengan cat, kanvas, garis, untuk menemukan gaya melukisnya. Sebagai penjagal, ia berupaya melahirkan metode paling efektif dan murah untuk memusnahkan Yahudi.
Dalam satu foto hitam putih Niemann dudu diapit Karl Pötzinger dan Siegfried Graetschus, yang menjalankan metode pembunuhan Yahudi cacat fisik tahun 1940 dan membakarnya.
Program itu dikenal sebagai T4 Euthanasia.