SEOUL – Kalau Anda penggemar smartphone Samsung dan sudah berkali-kali ganti merk ini, coba hitung berapa charger baterai yang Anda miliki?
Kecuali Anda tak jual kembali smartphone Samsung lawas Anda, pasti Anda layak dijuluki kolektor perangkat isi ulang tenaga ini.
Kebijakan baru Samsung tampaknya tak akan membuat Anda tak bisa lagi mengoleksi charger dengan kabel sepanjang sekitar 1 meter.
Setelah Apple memikirkan untuk tidak lagi menyisipkan adapter charger, Samsung akan mengikuti langkah Apple.
Saban tahun, Samsung rata-rata mengirimkan 400 juta unit smartphone ke seluruh dunia. Jumlah ini sangat banyak, sehingga Samsung juga harus menyediakan adapter charger sebanyak itu pula.
Dengan kondisi seperti sekarang, ketika penjualan terus menurun, mau tak mau raja ponsel Korea ini harus mengambil kebijakan di sektor produksi. Kebijakan tidak menyertakan adapter charger tersebut akan berlaku tahun depan, dan akan berlaku pada beberapa seri.
Untuk sekadar tahu, pada smartphone Samsung terutama yang highend, rata-rata menggunakan charger dengan spesifikasi 45W. Ini karena begitu banyak fitur pengisian baterai seperti fast charging dan sebagainya yang membutuhkan spek di atas standar, yaitu 15W atau 25W.
Sebenarnya Samsung juga menjual secara terpisah adapter travel charger. Untuk spek 45W rata-rata dijual sekitar Rp 500 ribuan. Ini yang pakai kabel lho, alias bukan wireless charging.
Maka jelas, jika terus diberikan di dalam paket pembelian, artinya beban biaya sebesar itu dikenakan kepada pembeli. Alhasil harga jual sebelum sampai ke tangan pengguna pun jadi lumayan mahal.
Di sisi lain, mungkin seperti Anda, banyak pengguna Samsung yang masih memiliki smartphone lamanya, atau masih menyimpan charger lawasnya, atau bahkan pernah membeli secara terpisah meski merk lain. Dengan kata lain, jika adapter ini tetap diberikan, boleh jadi tidak terlalu digunakan. Kisahnya jadi seperti Xiaomi yang sejak awal tidak menyisipkan earphone di seluruh smartphone-nya.
Jika, kelak ternyata memberi efek signifikan kepada harga jual yang tentu turun, maka kebijakan ini boleh diacungi jempol. Namun jika kemudian ternyata biaya sebuah adapter travel charger dipindahkan ke handset, wah bisa-bisa konsumen pada teriak. (*)