JERNIH – Tahun ini, tiga pemain utama dalam teknologi pengenalan wajah membuat keputusan besar untuk memperlambat atau bahkan menghentikan proses pengembangan teknologi ini.
IBM, Amazon, dan Microsoft menyampaikan kekhawatiran mereka terhadap kemungkinan penyalahgunaan teknologi dan pelanggaran hak asasi manusia oleh penegak hukum. Polisi pun akan kehilangan salah satu alatnya karena perusahaan teknologi menghentikan pengembangan pengenalan wajah.
Dengan berkurangnya salah satu alat kerjanya, polisi akan semakin mengandalkan pelacakan jejak digital. Pelacakan jejak digital akan meningkat dalam penegakan hukum seiring dengan keputusan beberapa perusahaan besar untuk menghentikan pengembangan teknologi pengenalan wajah.
Apa yang membuat pengenalan wajah oleh AI berbahaya?
Teknologi pengenalan wajah adalah salah satu alat penegak hukum yang berkembang sangat cepat untuk mengidentifikasi tersangka. The Washington Post mengungkapkan bahwa sejak 2011, FBI sendiri telah mencatat 390.000 hasil pengenalan wajah.
Sebuah studi oleh National Institute of Standards and Technology menemukan bahwa AI telah salah mengidentifikasi wanita dan orang dengan kulit berwarna 10 hingga 100 kali lebih sering ketimbang pria dengan kulit putih.
Meskipun tiga perusahaan besar telah menghentikan pengembangan pengenalan wajah, perusahaan lain seperti Clearview.ai mungkin justru akan mengambil peluang penjualan yang baru. Teknologi yang ditawarkan oleh Clearview.ai sangatlah canggih sehingga dapat mengorek foto berusia satu dekade dari internet.
“Menjaga keamanan masyarakat memiliki konsekuensi. Dalam hal ini, teknologi yang dimaksud masih dalam proses perkembangan dan belum sempurna. Hal tersebut dapat meningkatkan pengawasan, pelanggaran atas hak protes, dan persekusi atas orang yang tidak bersalah. Jadi, keputusan dari para perusahaan besar ini menekan para pemain lain untuk mengevaluasi tujuan mereka mendorong pengembangan teknologi ini lebih jauh,” ujar Daniel Markuson, pakar privasi digital di NordVPN.
Pelacakan jejak digital meningkat
Teknologi pengenalan wajah membawa gelombang baru alat pengawasan pemerintah yang berbahaya. Meski perkembangannya melambat karena dilepas oleh para pemain utama, pelacakan jejak digital diperkirakan akan meningkat.
Perangkat pintar seperti ponsel, pengontrol suara rumah, kamera jarak jauh, dan kunci rumah pintar mampu melacak atau merekam aktivitas pengguna. Hal tersebut membuat mereka menjadi sumber informasi yang bagus untuk penyelidikan. Catatan aktivitas dapat mendukung bukti, alibi, dan pernyataan saksi di seluruh dunia.
Mark Strokes, kepala unit siber digital dan komunikasi forensik Scotland’s Yards, menekankan bahwa pasukan polisi Inggris Raya dilatih untuk menganalisis jejak lokasi, aktivitas online, dan catatan pembelian online.
Di Amerika Serikat, surat perintah diperlukan untuk mendapat riwayat lokasi ponsel seseorang, tetapi syarat tersebut tidak berlaku untuk teknik pelacakan dunia maya lainnya. Ini memberi ruang bagi bias perangkat, terutama bagi penjahat yang memalsukan bukti dengan meretas perangkat.
“Maka dari itu, beban perlindungan dari potensi kesalahan identifikasi atau pelanggaran privasi berada di pundak masyarakat. Teknologi seperti VPN memungkinkan mereka menjaga keberadaan digital menjadi lebih pribadi. Itulah mengapa NordVPN melihat adanya peningkatan permintaan layanan setiap kali ada keresahan publik. Orang-orang memperhatikan keamanan dan privasi digital mereka dengan lebih serius, dan peristiwa yang berlangsung di tahun 2020 memperkuat alasan untuk melakukannya,” tambah Daniel Markuson. [*]