Citra bikers sering diidentikan dengan arogan, urakan, kebut-kebutan dan melanggar lalu lintas. Bahkan sering dianggap meresahkan sehingga dicap sebagai musuh masyarakat. Ini pula yang menjadi perhatian seorang ustadz muda asal Subang Muchamad Arief Mulyadi yang perhatian membina para biker lewat dakwah.
Penampilannya sama dengan para biker umumnya, dengan motor 250 cc miliknya berkumpul bersama dengan anggota komunitas lain sehingga sulit membedakan bahwa ia sebenarnya adalah seorang ustadz. Ustadz Arief memang sangat hobi mengendarai motor, alhasil tak sulit baginya untuk beradaptasi dengan komunitas ini termasuk piawai memacu kendaraannya di jalanan.
Tak heran di kalangan biker atau pemotor di Kota Subang, Ustadz Arief bukanlah nama yang asing. Sosok muda yang lahir di Subang 24 Mei 1984 itu cukup dikenal karena kerap diundang mengisi tausiyah dan turut serta ridding bareng komunitas biker.
Bagi Ustadz Arief, yang ditemui di Subang beberapa hari lalu, menjalani hobi sekaligus berdakwah tentu lebih mengasyikkan. Selain bisa menyalurkan kesenangannya, ia gunakan kesempatan itu dengan membina para biker. Tidak hanya agar mereka mematuhi peraturan, tetapi juga agar komunitas biker tetap menjaga akhlak dan ibadahnya.
Selama ini warga melihat para biker, termasuk klub motor memiliki gaya hidup cenderung negatif. Anggota komunitas ini dengan dalih persahabatan, seringkali melakukan tawuran antarkelompok dengan aksi-aksi kekerasan yang bisa menimbulkan korban. Tak jarang gaya hidup yang serba bebas ini menjerumuskannya pada penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang bahkan seks bebas.
“Dengan menelaah Peraturan UU. No 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan yang dikomparasikan dengan hukum Islam, berharap para bikers dapat memperhatikan nilai keamanan, keselamatan dan etika, adab atau akhlak dalam berkendaran di jalan raya serta memperhatikan shalat 5 waktu baik dengan cara jama’ qashar tadzim atau takhir dalam setiap kegiatan touringnya,” kata ayah dari dua orang putri itu.
Ia memaparkan, kegiatan penyuluhan kepada para biker menggunakan metode syakilah (etnologi) yang tidak mengubah watak, tabiat, pemahaman, cara pandang, ataus cara berpakaian sesuai QS. Al Isra Ayat 84. “Penyuluh agama islam berdakwah secara out off the box, keluar dari kebiasaannya,” kata Arief.
Tak hanya di jalanan, dakwah terhadap komunitas bikers ini juga disampaikan lewat kegiatan pengajian rutin setiap pekan yang diberi nama pengajian Sorogan Jeung Cikopi. Juga melakukan touring “Dengan Silaturahmi Menggapai Cinta Allah SWT”, Bhakti Sosial ” Bhakti untuk Negeri”, Santunan Anak Yatim Piatu dan Dhuafa sebulan sekali, donor darah 3 bulan sekali, ziarah kubur setahun sekali mendekati bulan Ramadhan terhadap para biker yang sudah meninggal dunia serta aktivitas lingkungan penanaman pohon “Satu Knalpot Satu Pohon.”
Kegiatan Bhakti untuk Negeri sudah dilaksanakan sejak Desember 2020 hingga Juli 2023 dengan penerima santunan anak yatim piatu 75 anak dan dhuafa 15 orang sedangkan untuk Baksos donor darah dilakukan 3 Bulan Sekali.
Ustadz Arief saat ini bertugas di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Subang sebagai penyuluh agama Non ASN sejak tahun 2017. Lulusan Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) Tasikmalaya itu melakukan kegiatan rutin bimbingan dan penyuluhan di Binaan Umum dan Binaan Khusus di wilayah Kecamatan Subang.
“Di Binaan Umum bareng ibu-ibu majelis taklim di lingkungan kabupaten, kecamatan, kelurahan, hingga RT RW, ada sekitar 23 majelis taklim dan di binaan khusus majelis taklim di Lembaga Pemasyarakatan Subang, Komunitas Hijrah Anak Band, Komunitas Bikers Brotherhood 1% MC, Support 22 dan Utah Lalay Kandang Subang,” ungkapnya.
Aktivitas dakwah yang dilakukan Ustadz Arief banyak mendapat apresiasi. Pada 2021 ia pernah mewakili Kabupaten Subang mengikuti Lomba Penyuluh Agama Islam Tingkat Provinsi dengan predikat hasil juara harapan 2.Di 2023 ini, pembinaan hukum dan akhlak untuk para biker membawanya terpilih mewakili Jawa Barat dalam PAI Award tingkat nasional dengan kategori penegakan hukum. Ustadz Arief masuk nominasi 10 besar nasional pada ajang terakhir ini.
Bagi Ustadz Arief, mengutip pendapat ahli hikmah, mengemudi itu sejatinya adalah ilmu, estetika, kepekaan naluri, skills (keterampilan) dan etika. Gas terus ustadz, geber motor dan jangan kendor berdakwah. [*]