Site icon Jernih.co

AI: Google dan Facebook Mengancam Hak Asasi dan Privasi

London — Amnesti Internasional (AI) mengatakan Google dan Facebook, dua raksasa teknologi yang menggunakan model bisnis berbasis pengawasan, mengancam hak asasi manusia dan mengikis privasi masyarakat seluruh dunia.

Dalam laporan berjudul Surveillance Giants yang dipublikasikan Rabu 20 November 2019, Amnesti Internasional menyeru Google dan Facebook untuk mengakhiri pengambilan data penduduk.

Laporan itu juga mengurai bagaimana Facebook dan Google, dengan banyak platform terafiliasi, beroperasi dengan cara tidak sesuai hak privasi dan menimbulkan ancaman sistemik terhadap kebebasan berekspresi di Internet.

“Terlepas dari nilai yang mereka berikan, Google dan Facebook menimbulkan systemic cost,” demikian laporan Amnesti Internasional.

Facebook dan Google hanya dua dari sekian banyak peruahaan teknologi yang memperoleh kekuatan dari lanskap internet. Amnesti International memilih Google dan Facebook, karena keduanya sedang meningkatkan dominasi atas publik global, mengendalikan saluran utama yang digunakan netizen di seluruh dunia untuk berkomunikasi, bertransaksi, dan mewujudkan hak-hak mereka secara online.

“Google dan Facebook mendominasi kehidupan modern kita, mereka terus menjadi kekuatan tak tertandingi di dunia digital dengan memonetisasi data pribadi miliaran orang,” kata Kumi Naidoo, sekretaris jenderal Amnesti Internasional dalam siaran pers-nya.

Kelak, menurut Naidoo harus ada perombakan radikal terhadap cara Big Tech beroperasi, untuk menciptakan internet yang mengedapankan hak asasi manusia.

Laporan Amnesti Internasional ini sebenarnya hanya mengkonfirmasi sesuatu yang telah lama menjadi rahasia yang dijaga ketat, karena kedua raksasa itu berkali-kali tertangkap tangan.

Pekan lalu, menurut laporan Wall Street Journal, Google bermitra dengan penyedia layanan kesehatan Ascension, untuk diam-diam mengumpulkan dan menyimpan catatan medis jutaan pasien di 21 negara bagian di AS.

Praktek ini terungkap setelah perusahaan gagal meyakinkan pasien untuk menyerahkan data medis secara sukarela melalui Google Health Venture. Kini, aplikasi itu ditiadakan karena kurangnya partisipasi.

Selain tidak mampu menjaga data dari peretasan dan pelanggaran, Facebook juga dikecam karena berbagi data dengan perusahaan lain. Pihak berwenang kini sedang menyelidiki 150 perusahaan yang bermitra dengan Facebook, dan berpotensi secara ilegal berbagi data.

Exit mobile version