Singapura — Kemiskinan ada di semua kota di muka bumi ini. Di Singapura, negara kota supermakmur, sekitar 1.000 orang setiap malam tidur di pinggir jalan.
Studi akademik pertama yang mengukur skala tunawisama di Singapura menemukan kebanyakan gelandangan, sekitar 31 persen, adalah pria tua. Mereka kehilangan setidaknya sejak enam tahun lalu.
Studi, dipimpin Asisten Profesor Ng Kok Hoe dari Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew di Universitas Nasional Singapura, melibatkan banyak relawan. Para relawan mewawancarai gelandangan pukul 11:30 malam.
Seperti gelandangan di banyak kota di dunia, gelandangan di Singapura juga mengidap gizi buruk dan kurang makan. Rincinya, satu dari empat gelandangan makan satu kali sehari, atau tidak sama sekali.
Sebanyak 47 persen gelandangan yang diwawancarai mengatakan mereka terpaksa tidur di pinggir jalan, karena tidak mampu sewa apartemen. Seluruh dari 47 persen responden itu menderita gaji buruk, alias upah yang rendah.
Peneliti juga menemukan sejumlah gelandangan memilih menjadi tuna wisma karena punya masalah keluarga, dan kurangnya akses ke layanan perumahan.
Menariknya, hampir seluruh gelandangan di Singapura menentang stereotipe. Bahwa, gelandangan identik dengan orang berpakaian compang-camping dan pengangguran.
Di Singapura, gelandangan berpenampilan rapi dan punya pekerjaan. Ada beberapa gelandangan yang mengaku punya rumah atau apartemen. Hanya satu dari sepuluh gelandangan diketahui memiliki penyakit; cedera, cacat fisik, penyakit terlihat, dan kemungkinan mengalami gangguan mental.
Studi melibatkan 480 relawan pekerja lapangan, termasuk perwakilan 20 organisasi non pemerintah (LSM) dan anggota masyarakat. Mereka menyisir 12 ribu blok flat perumahan, ruang publik dan komersil, seperti taman, pusat jajanan, dan pusat perbelanjaan, sepanjangan April sampai Juni 2019.
Pekerja lapangan mencatat 1.050 orang kehilangan tempat tinggal. Satu dari empat dari mereka berkeliaran di pusat kota Singapura — lebih dikenal sebagai kawasan Central Business District.
Jadi sebagian besar gelandangan di Singapura berkeliaran di distrik paling makmur di Asia Tenggara. Di distrik lain; Tiong Bahru, Bedok, Kallang, Ang Mo Ko, Jurong Barat Toa Payoh, dan Yishun, pekerja lapangan hanya menemukan 40 gelandangan.