Sebuah studi pada 2018 menyebut sekitar 239 ribu anak perempuan di bawah usia lima tahun meninggal di India setiap tahun karena penelantaran berbasis gender.
JERNIH-Nasib mengenaskan menimpa seorang perempuan India yang sedang hamil, suaminya menyayat perutnya dengan sebilah sabit, hanya untuk mengetahui jenis kelamin bayi yang masih di dalam kandungan.
Peristiwa yang terjadi di kawasan utara India tersebut membuat istri dan bayi dalam kondisi kronis dan sempat menjalani perawatan intensif di sebuah rumah sakit di New Delhi.
Menurut laporan polisi dan kerabat mendiang, insiden tersebut terjadi pada Sabtu (19/9/2020) pekan lalu. Pria tersebut juga telah ditangkap dan ditahan Polisi bersama barang bukti sebilah sabit.
“Dia (suami) menyerangnya dengan sabit dan mengoyak perutnya sambil mengatakan bahwa dia ingin memeriksa jenis kelamin bayi yang belum lahir,” menurut saudara laki-laki perempuan itu, Golu Singh, dikutip dari CNN, Rabu (23/9/2020).
Polisi menyebut bayi tersebut kemudian lahir dalam keadaan sudah tidak bernyawa pada Minggu malam waktu setempat. Namun tidak disebutkan jenis kelamin bayi tersebut.
Keluarga tersebut telah mempunyai lima orang anak dan semuanya berjenis kelamin perempuan. Bagi masyarakat India anak perempuan sering dianggap sebagai beban ekonomi keluarga, terutama terkait praktik budaya mahar yang harus disiapkan pengantin perempuan saat hendak menikah.
Budaya lain yang menyebabkan keluarga India kurang senang memiliki anak perempuan, adalah berkaitan dengan norma yang mengatur tentang waris, persyaratan mas kawin, tradisi perempuan masuk ke rumah suami, hingga ritual yang perlu dilakukan oleh anak laki-laki.
Budaya tersebut juga dinilai sebagai salah satu wujud ketidaksetaraan gender di India.
Selama ini masyarakat India menganggap memiliki anak laki-laki lebih terhormat ketimbang anak perempuan. Oleh sebab itu banyak pasangan suami-istri yang berupaya mengejar memiliki anak laki-laki
Dalam Survei Ekonomi 2017-2018, disebut, keinginan suami istri memiliki anak laki-laki menyebabkan kelahiran puluhan juta anak perempuan menjadi seolah tidak diinginkan.
Bahkan sebuah lembaga nirlaba Invisible Girl Project yang berbasis di Amerika Serikat, menyebut ratusan ribu janin perempuan diaborsi setiap tahun di India. Anak perempuan di India menghadapi tingkat kematian yang lebih tinggi karena tidak dirawat dengan baik oleh keluarganya.
Tradisi tersebut masih kuat dijalani di daerah pedesaan, karena tingkat pendidikan yang rendah, kepadatan penduduk yang tinggi dan angka kelahiran yang tinggi. (tvl)