CIAMIS– Kisah nyata ini berawal saat penulis berkunjung ke Citapen Tambaksari, masih di wilayah Ciamis. Secara tidak sengaja bertemu dengan seseorang bernama Karso yang dikenal dengan nama Mang Adwa.
Ia adalah warga Blok Bojongjengkol, Kampung Tarikolot, Desa Situmandala, Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis. Lelaki yang sehari-hari berprofesi sebagai buruh tani itu ternyata memiliki kemampuan yang tidak lazim dan nyeleneh. Di dunia ini, kemampuan yang dimiliki Mang Adwa termasuk kebisaan minoritas yang memang agak riskan bila dilestarikan.
Kehebatan Mang Adwa itu adalah dalam soal kentut. Bukan kentut sembarang kentut. Kentut Mang Adwa dapat diatur sekehendak hatinya, baik itu menyerupai suara knalpot moge yang sombong, maupun alunan simponi yang memilukan. Bisa juga mengejutkan dengan nada tinggi, namun bisa pula rendah, panjang maupun pendek termasuk tenor, bariton dan bas.
Kebolehannya mengendalikan angin dalam perut bukanlah omong kosong namun telah menjadi fakta di kampungnya dan diakui oleh para tetangganya. Wajar jika ada yang berpikir, jangan-jangan Mang Adwa termasuk kaum pengendali angin dalam ‘The Legend of Aang’ (tanpa Kunaefi).
Bila di sementara budaya kentut—meski sehat, termasuk urusan yang bikin orang malu, itu tidak berlaku bagi Mang Adwa. Bobosnya Mang Adwa adalah hal yang biasa, bahkan menjadi hiburan bagi masyarakat sekitarnya. Hitut bagi mang Adwa adalah anugrah yang mempu membuat orang lain tertawa gembira.
Karena itu Mang Adwa sering ditanggap menunjukkan kebolehannya, terutama bagi mereka yang penasaran. Saat diwawancara, Mang Adwa yang lahir tahun 1956 menjelaskan bahwa kemampuannya itu sudah diulik sejak masa anak-anak. “Waktu kecil suka bercanda dengan kawan-kawan, pagede-gede bekok. Dari situlah akhirnya saya bisa mengatur kentut sekehendaknya,” kata Mang Adwa, meski terlihat agak rikuh. Sambil berbicara dia pun sesekali mendemonstrasikan kemampuannya.
Ternyata, bibir dan lubang duburnya bisa berpadu harmonis. Dalam 30 detik, frekuensi kentut Mang Adwa mampu mencapai 10 kali. Jika tak diselangi ngobrol tentu bisa dikatagorikan supersonic, alias mendekati kecepatan suara.
Ada lagi sesuatu yang istimewa dari kentut lelaki yang sudah dikaruniai cucu ini. Selain suaranya dapat diatur tinggi rendah dan panjang pendek, bau kentut Mang Adwa ternyata tidak berbau busuk. Setidaknya di hidung penulis. Rupanya Mang Adwa benar-benar pengendali angin. Ia memiliki tekhnik khusus untuk mengatur pernafasan dan otot perutnya. “Hitut ini tidak bau karena bukan dari gas yang ditimbulkaan oleh pembusukan makanan di perut atau akibat makan ubi jalar. Tapi dari angin segar yang ditarik oleh mulut dan hidung kemudian dikeluarkan langsung lewat saluran bawah,” kata dia mengungkapkan, sambal tak lupa nyengir.
Karena kemampuan Mang Adwa telah dikenal di lingkungan sekitarnya, beberapa orang warga berinisiatif menyelenggarakan “Kontes Kentut”. Saat itu yang menjadi lawan Mang Adwa adalah Mang Ojo, tetangga kampungnya yang juga dikenal memiliki jurus kentut yang sama.
Dunia perkentutan pun heboh dengan akan diselenggarakannya duel kentut tersebut. Betapa tidak, dua jawara hitut terkenal dari Situmandala akan bertarung.
Hari istimewa kontes kentut pun tiba. Panitia telah menetapkan aturannya, yakni menghitung jumlah kentut masing-masing kontestan dalam jangka waktu tertentu. Untuk menjaga ketelitian dalam menghitung bunyi kentut, maka kentutnya akan menggunakan mick dan diperdengarkan melalui speaker yang suaranya dapat didengar seantero kampung. Dengan demikian tidak ada suara yang lolos, karena selain wasit, penonton pun dapat menghitung rame-rame.
Tak ayal, suara dat-dit-dut terdengar membahana kemana-mana saat kontes dimulai. Masing-masing mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Tenaga dalam, baik iweekang maupun gin kang diperlihatkan kedua ahli tersebut. Bagi yang mengerti tenaga dalam pertandingan tersebut merupakan pertandingan pernafasan tingkat tinggi. Bagi yang tidak mengerti, mendengar suaranya saja cukup menggambarkan kedahsyatan ilmu kentut keduanya. Bahkan di antara penonton/pendengar ada yang terpengaruh terkentut-kentut akibat tertawa terbahak-bahak.
Hal tersebut dibenarkan beberapa orang warga, diantaranya Aman, Dedi Sutardi dan Caryoman. “Pada waktu itu banyak yang mendengarkan dan semua terpingkal-pingkal. Benar-benar, hiburan yang langka,” ujar Aman, saat ini kuwu Rancah.
Kontes maut itu akhirnya dimenangkan Mang Adwa. Ia mampu kentut sebanyak 400 kali. Sedangkang Mang Ojo hanya mampu kentut sebanyak 100 kali. “Hadiahnya satu pak rokok” kata Mang Adwa. Lalu ia kentut satu kali sebagai penanda berakhirnya wawancara. [PRD]