Site icon Jernih.co

Boom Penjualan Sepeda Terjadi Hampir di Seluruh Dunia

Jakarta – Bersepeda mengalami booming tidak hanya di Indonesia tetapi hampir di seluruh dunia seiring pandemi Covid-19. Bersepeda dinilai berbagai kalangan termasuk praktisi kesehatan dan medis cocok untuk kesehatan mengingat minimnya risiko penularan virus corona.

Di Negeri Paman Sam, masyarakatnya juga mulai dijangkiti demam gowes. Penjualan sepeda secara ritel di AS berhasil menembus angka US$1 miliar selama April 2020. Menurut perusahaan riset pasar AS, NDP Group, seperti dikutip dari www.bicycleretailer.com, raihan penjualan pada periode April merupakan yang tertinggi sejak perusahaan itu melakukan riset terhadap pasar sepeda di AS.

Biasanya, penjualan sepeda di AS pada April berkisar US$550-575 juta. Menurut NDP Group, sepeda untuk kategori penggunaan keluarga dengan harga murah menunjukkan kenaikan penjualan tertinggi dari tahun ke tahun.

Penjualan sepeda sebagai sarana menunjang gaya hidup dan keperluan rekreasi tumbuh sebesar 203 persen; sepeda gunung bersuspensi depan melonjak lebih dari 150 persen; dan sepeda anak-anak meningkat 107 persen pada bulan tersebut dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Sering dengan dengan peningkatan penjualan sepeda, penjualan aksesori juga bertumbuh, seperti helm (naik 49 persen), botol air (naik 60 persen), dan keranjang sepeda (naik 85 persen).

“Sudah terlalu lama industri bersepeda hanya berfokus pada (pasar) atlet, tetapi hasil ini menunjukkan bahwa fokus yang lebih luas, keluarga dan pemula dapat memberi keuntungan. Ini sebuah optimisme dan salah satu pelajaran ritel olahraga penting untuk keluar pandemi,” kata Matt Powell, penasihat industri olahraga NPD.

Tidak hanya sepeda roda dua, produk sepeda dalam ruangan juga mengalami peningkatan penjualan yang besar. Penjualan sepeda stasioner melonjak hingga 270 persen pada April. “Ini adalah kesempatan unik dan kuat bagi pengecer, pabrikan, dan organisasi nirlaba untuk melibatkan pengendara sepeda baru,” kata Dirk Sorenson, analis industri olahraga di NPD.

Sementara di Inggris, seperti diberitakan BBC, sejumlah toko sepeda mengalami lonjakan penjualan sebagai akibat dari adanya lockdown dan naiknya minat warga Inggris untuk berolahraga. Beberapa toko sepeda bahkan harus berjuang untuk memenuhi permintaan pembeli. Broadribb Cycles di Bicester biasanya menjual 20-30 sepeda per minggu.

Stuart Taylor, manajer toko tersebut mengatakan toko itu saat ini menjual 50 sepeda setiap hari, selain itu ada pula peningkatan pada layanan servis sepeda. Di bengkel sepeda Lunar Cycles di London utara, mekanik bengkel itu juga mengatakan bahwa perdagangan sepeda sedang melonjak. “Industri sepeda mengalami booming. Orang-orang berkata ‘Saya kembali naik sepeda setelah terakhir melakukannya 15 atau 20 tahun yang lalu’,” kata Andrew Hassard dari Mango Bikes di Ballyclare, Irlandia Utara.

Sementara itu Ketua Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI) Rudiyono mengakui permintaan sepeda yang awalnya normal kini tiba-tiba terus meningkat. Rudiyono mengaku anggotanya yang terdiri dari 12 produsen tidak menyangka kondisi ini terjadi. Padahal, saat ini adalah masa pandemi, dimana kesulitan ekonomi sedang banyak melanda masyarakat.

“Dalam kondisi prihatin seperti ini kita pun surprise. Nggak sangka sebenarnya kebutuhannya kok jadi kaya gini, orang di rumah semua, nggak keluar. Ko malah gini,” paparnya.

Namun, Ia belum berani mematok target besar dari kondisi ini. Tahun-tahun sebelumnya, penjualan sepeda dalam negeri mencapai angka 2-2,5 juta unit. “Kayanya belum pernah 3 juta, Itu kan situasional, mungkin 1 bulan 2 bulan ini aja. Ke depannya nggak tau juga,” sebut Rudiyono.

Meski angka produksi dalam negeri terlihat tinggi, namun sebenarnya kebutuhannya jauh lebih besar dari itu, yakni mencapai 6 juta unit. Namun, produsen dalam negeri tidak kuasa menghadapi impor sepeda dari China. [*]

Exit mobile version