JERNIH – Pandemi Covid-19 telah menghancurkan 81 juta pekerjaan di seluruh Asia-Pasifik tahun ini. Golongan pekerja perempuan dan orang muda yang paling terpengaruh.
“Covid-19 telah menimbulkan pukulan telak di pasar tenaga kerja di kawasan itu,” kata Chihoko Asada Miyakawa, direktur regional kelompok itu untuk Asia dan Pasifik, Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), dalam sebuah pernyataan, kemarin.
“Tingkat cakupan jaminan sosial yang rendah dan kapasitas kelembagaan yang terbatas di banyak negara telah mempersulit perusahaan dan pekerja untuk bangkit kembali,” tambahnya.
Pekerjaan di Asia-Pasifik, menurut laporan ILO, menunjukkan penurunan 4,2% dibandingkan dengan tren sebelum krisis, dengan kesenjangan sebesar 4,6% untuk perempuan dan 4% untuk laki-laki. Kaum muda kehilangan pekerjaan 3 hingga 18 kali lebih besar daripada kontribusi mereka dari total pekerjaan.
Dengan lebih sedikit jam kerja berbayar yang tersedia, pendapatan rata-rata pun menurun. Secara keseluruhan, pendapatan tenaga kerja di wilayah tersebut turun sebanyak 9,9% dalam tiga kuartal pertama tahun ini, setara dengan penurunan 3,4% dalam produk domestik bruto, kata ILO.
Masih dari laporan yang sama, kesenjangan pekerjaan terbesar berada di Asia Selatan, dengan tingkat pekerjaan pada tahun ini hampir menyentuh 50 juta pekerjaan atau di bawah baseline prakrisis. Kesenjangan pekerjaan di Asia Timur diperkirakan mencapai 16 juta pekerjaan, diikuti Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik dengan nilai masing-masing 14 juta dan 500.000 pekerjaan.
“Terlalu banyak pekerja yang masuk ke jurang kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi, pekerja, dan perusahaan kesulitan untuk kembali bangkit dari krisis dan berkontribusi terhadap pertumbuhan kawasan ini,” demikian ditulis dalam laporan ILO ini. [*]