Dengan teknologi modern, serta pengalaman PAP, maka PPAD berharap program budidaya udang bisa dikembangkan hingga ke daerah-daerah. “Dengan keterlibatan unsur PPAD di berbagai daerah, kita harap kelak bisa menjadikan Indonesia sebagai eksportir udang terbesar di dunia,” ujar Doni Monardo.
JERNIH– Hari ini, Rabu 11 Mei 2022, Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) menandatangani kerja sama dengan PT Parigi Akuakultura Prima (PAP). Kerjasama dilakukan antara Direktur Utama PT PAP, Ir Anang Mujiantoro dan Ketua Umum PP PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo.
Anang dalam sambutannya menyatakan, kerjasama dengan PPAD adalah sebuah pilihan yang tepat, mengingat anggota PPAD memiliki kualitas SDM yang memadai, serta disiplin yang tinggi. “Syarat utama pengelolaan budidaya udang adalah disiplin. Dan disiplin adalah nafas prajurit, termasuk yang sudah purnawirawan,” ujar Anang.
Anang menambahkan, pihaknya kini memiliki lahan 500 hektare di Sulawesi Tengah dan berbagai daerah lain. Dari jumlah itu, sebagian sudah dikelola dengan manajemen dan teknologi yang tertata. Tahun 2021 yang lalu, PT PAP memulai panen perdana dengan hasil yang sangat memuaskan, yakni bica mencapai 70 tin per hektare.
Berkat prestasi itu, PT PAP mendapat apresiasi banyak pihak, termasuk dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). PT PAP bahkan diminta membantu mengembangkan program budidaya udang vaname ke daerah-daerah lain di Indonesia. “Kerjasama dengan PPAD, semoga bisa lebih mempercepat harapan kami untuk memperbanyak kegiatan budidaya udang di seluruh Indonesia,” ujar Anang.
Eksportir udang terbesar
Sementara itu, Ketua Umum PPAD, Letjen TNI Purn Doni Monardo, meminta hadirin mengheningkan cipta sejenak, untuk almarhum Jenderal Purn Widjojo Soejono yang wafat hari ini, Rabu 11 Mei 2022 pukul 04.45 WIB di RSPAD Jakarta Pusat. Doni mengingatkan para hadirin atas amanat almarhum yang harus senantiasa dipegang teguh. Sebuah amanat yang sekarang dijadikan motto dan terpampang di aula utama Gedung PPAD.
Amanat alm Jenderal Widjojo Soejono adalah, “Bhayangkari negara baru berhenti berjuang jika tidak lagi mampu mendengar tembakan salvo di samping telinganya”. “Semangat itu harus terus kita gelorakan, dan mendasari setiap aktivitas kita, meskipun kita sudah purnawirawan,” ujar Doni.
Lebih lanjut Doni beralih ke topik pagi hari itu. Doni mengatakan, bahwa Indonesia memiliki pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Selain itu, Indonesia memiliki 17.000 pulau, yang sebagian besar memiliki pantai yang relatif tenang, sehingga sesuai untuk budidaya perikanan. “Ke depan, bisa kita kembangkan tidak hanya program aquakultur jenis udang vaname, tapi bisa juga ke ikan, lobster, udang, dan lain-lain,” tambah Doni.
Kita tahu, tambah Doni, bahwa sumber protein juga bisa didapat dari laut. Hasil laut punya nilai gizi yang sangat tinggi dan ke depan, kalau dikelola dengan baik, kebutuhan protein hewan lain bisa dipenuhi dengan budidaya udang dan hasil laut lain.
Budidaya hasil laut relatif lebih mudah, dan bisa dilakukan di beberapa lokasi, kecuali di lokasi (laut) yang tingkat pencemarannya tinggi. “Saya juga mengapresiasi hasil PT PAP yang bisa mencapai 70 ton per hektare, sementara yang lain antara 20 sampai 40 ton per hektare,” katanya.
Hasil optimal budidaya udang vaname PT PAP, dipastikan karena pengelolaan yang professional, modern, dan water management yang baik. Bicara udang, Doni punya pengalaman langsung dengan program Emas Biru (budi daya hasil laut) saat menjabat Pangdam XVI/Pattimura yang memiliki teritori Maluku dan Maluku Utara.
Dengan teknologi yang modern, serta pengalaman PAP, maka PPAD berharap program budidaya udang bisa dikembangkan hingga ke daerah-daerah. “Dengan keterlibatan unsur PPAD di berbagai daerah, kita harap kelak bisa menjadikan Indonesia sebagai eksportir udang terbesar di dunia,” ujar Doni Monardo.
Doni mendapat info, bahwa kunci sukses pengelolaan budidaya udang adalah disiplin. Disiplin merawat air agar tetap berkualitas, disiplin memberi pakan sesuai jadwal dan takaran, serta disipplin menjaga lingkungan agar tetap terjaga.
Modal utama “disiplin”, sudah dimiliki pra prajurit, walaupun sudah purna. Karenanya, kerja sama PPAD dan PT PAP diharap bisa memberi nilai tambah. Dengan kerja sama itu pula, Doni berharap PT PAP dalam waktu tidak terlalu lama, bisa menjadi produsen udang terbesar di Asia Tenggara, bahkan lebih dari itu.
Dalam kesempatan itu, Doni Monardo juga berharap pihak perbankan memberi dukungan atas MoU yang sudah dilangsungkan antara PT PAP dan PPAD. “Saya berharap pihak perbankan bisa melihat potensi yang ada,” tambah Doni.
Ditegaskan, budidaya udang dan hasil laut lain, adalah arah yang benar untuk bisnis ke depan. Tahun 2017, ada sebuah seminar internasional di Eropa, yang meminta negara-negara di dunia untuk beralih dari program perikanan tangkap menuju ke program perikanan budidaya.
Selain itu, juga sesuai dengan sustainable development goal yang juga dicanangkan Presiden Joko Widodo. Bagaimana ke depan, Presiden juga concern dengan program “ekonomi biru”, termasuk di dalamnya program budidaya udang vaname. “Selain bisa menjadi sektor unggulan ke depan, juga bisa menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan perekonomian nelayan. Sebab, nelayan kita efektif melaut hanya enam bulan dalam setahun. Sisanya tidak melaut karena faktor cuara. Kecuali nelayan yang memiliki kapal bertonase besar,” papar Doni.
Dalam acara yang dipandu Kabid Ekonomi PP PPAD, Mayjen TNI Purn Wiyarto, usai MoU dilanjutkan dengan dialog dengan pihak perbankan, serta paparan presentasi tentang PPAD. [egm]