Isu-isu seperti kehalalan, kemanjuran vaksin, dan efek samping ditemukan dalam survei dan menjadi kendala dalam pelaksanaan vaksinasi di DKI Jakarta.
JERNIH- Lab Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi UI, dan Social Resilience Lab, NTU melakukan studi berbasis survei untuk menggali hambatan dan memetakan persepsi warga DKI terhadap vaksinasi.
Hingga Sabtu (12/6) 2,87 juta warga Jakarta telah menerima dosis pertama vaksin Corona dan lebih dari 1.86 juta orang telah mendapatkan vaksin dosis kedua. DKI menjadi provinsi dengan penerima vaksin terbanyak peringkat kedua setelah Bali.
Survei dilakukan terkait pelaksanaan vaksinasi Corona di wilayah DKI Jakarta yang dinilai masih menghadapi berbagai kendala, terutama terkait kekhawatiran warga DKI terhadap vaksin Corona.
“Untuk mempelajari hambatan dan faktor yang mendorong warga DKI untuk divaksinasi, kami menggunakan pendekatan Health Belief Model yang mengukur kecenderungan umum kekhawatiran, kerentanan, hambatan, dan manfaat vaksinasi,” tulis Lapor Covid-19.
Pelaksanaan survei dilakukan secara online, penarikan sampel menggunakan metode Convenience Sampling. Penyebaran survei dibantu Biro Tata Pemerintahan DKI.
Dalam survei selama dua minggu dari 30 April-15 Mei 2021, diikuti 57.231 responden yang tersebar di seluruh wilayah DKI. Namun hanya 47.457 responden yang menyelesaikan survei dan tervalidasi.
Adapun jenis pendidikan responden terdiri dari lulusan SMA 53,8 persen dan sarjana 13,6 persen, Ibu Rumah Tangga 42,8 persen, Pekerja Swasta 15,48 persen dan Pekerjaan lain sebesar 10,9 persen saja.
Hasil survei menunjukkan sebagian besar warga DKI yang mengikuti survei merasa yakin dan bersedia untuk divaksin. Sementara 10.789 orang khawatir vaksin Corona tidak halal.
“Menariknya, isu kehalalan vaksin ini bukan menjadi milik pemeluk agama Islam saja, namun juga tercermin dari mereka yang non-muslim,” tulis dalam laporan tersebut.
Kemudian terkait efek samping vaksin atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Sebanyak 32 persen responden atau 14.889 warga khawatir KIPI. Mereka yag memiliki kekhawatiran tinggi terhadap KIPI justru kelompok berusia 50-60 tahun (pra-lansia), dengan pekerjaan TNI/POLRI dan tenaga kesehatan.
Terkait isu kemanjuran vaksin, ternyata masih banyak yang meragukan kemanjuran vaksin Corona. Tercatat sebanyak 34 persen responden atau 16.102 orang yang menilai vaksinasi Corona belum mampu melindungi dari penularan Corona.
Hal yang menggembirakan, survei menunjukkan 70 persen warga DKI atau mayoritas memiliki kemudahan mendapatkan informasi seputar pendaftaran dan lokasi vaksinasi serta transportasi.
Hanya 13,4 persen atau 6.366 orang yang mengaku masih memiliki kesulitan dalam mengakses informasi tentang vaksinasi. (tvl)