Jakarta – Jumlah total orang yang sudah terinfeksi virus corona telah menyentuh angka mengejutkan yakni 6,15 juta. Jumlah tersebut dapat terus meningkat karena negara-negara di seluruh dunia mengurangi pembatasan kuncian.
Selain sifat virus yang sangat menular, aspek menakutkan lainnya adalah ketidakakuratan tes Covid-19 yang menghasilkan hasil tes negatif yang palsu. Salah deteksi ini tidak hanya mengkhawatirkan bagi pasien, tetapi juga dapat berubah menjadi bencana karena menjadi pembawa virus corona baru secara diam-diam.
Saat ini ada dua jenis tes utama untuk mendeteksi Covid-19 yaitu tes RT-PCR dan tes antibody. Tes RT-PCR adalah tes molekuler yang diambil swab dari ujung hidung dan mulut, sedangkan tes antibodi dilakukan dengan mengumpulkan sampel darah.
Seringkali ketika seorang pasien memiliki gejala yang jelas dari Covid-19 dan CT scan menunjukkan indikasi penyakit, kemudian tes swabnya negatif, orang tersebut tidak dapat dirawat di rumah sakit Covid-19 yang ditunjuk.
Penelitian awal menunjukkan bahwa sebanyak 30 persen pasien berjuang melawan masalah tes negatif palsu. Satu-satunya pilihan mereka adalah mempraktekkan kehati-hatian dan mengkarantina diri demi keselamatan orang lain. Pada sisi lain, karena semakin banyak orang yang dites untuk virus, para ahli percaya bahwa hasilnya mungkin tidak sepenuhnya akurat.
Masalah yang mungkin muncul dengan tes diagnostik untuk virus SARS-CoV-2 adalah alat yang digunakan tanpa diuji secara ekstensif. Ini karena makin masifnya peredaran wabah yang tidak memberikan waktu yang cukup bagi para ahli untuk terus mengembangkan alat uji dengan sangat cepat.
Para ahli juga percaya bahwa bagaimana spesimen yang dikumpulkan mungkin tidak dilakukan sesuai tes yang benar. Sebagai contoh, jika mengambil specimen dengan mengusap hidung tidak diambil dengan benar dari ujung hidung dan mulut (di mana virus seharusnya menempatkan dirinya dalam selaput lendir), mungkin tidak akan ada cukup virus dalam sampel untuk dideteksi dalam pengujian.
Masalah lain adalah bahwa jika tidak ada banyak virus di dalam sel-sel di swab hidung karena mungkin telah pindah ke paru-paru sehingga menghasilkan hasil tes yang negatif palsu. Ini karena virus dapat keluar dalam jumlah yang berbeda dan mungkin tidak ada di belakang tenggorokan atau hidung ketika spesimen diambil dengan bantuan usap nasofaring yang panjang.
Para ahli percaya bahwa bahkan jika Anda dites negatif untuk tes Covid-19 tetapi terus menunjukkan gejala penyakit, Anda harus mengisolasi diri sendiri dan mengikuti semua tindakan pencegahan karena sangat mungkin bahwa Anda mungkin telah dites terlalu cepat untuk menunjukkan virus. Ingat bahwa tes negatif tidak selalu berarti Anda tidak menderita penyakit itu. Jika Anda telah berhubungan dengan pasien yang diduga terpapar virus corona atau mengalami gejala yang sama, sangat disarankan untuk mengisolasi diri. [Zin]