JERNIH – Tren penderita sindrom gangguan penurunan fungsi otak Demensia Alzheimer di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang Demensia Alzheimer mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan dalam diagnosis dan perawatan.
Demensia adalah sindrom gangguan penurunan fungsi otak yang mempengaruhi fungsi kognitif, emosi dan perilaku aktivitas sehari-hari. Saat ini, di dunia, lebih dari 50 juta orang mengalami demensia dan Demensia Alzheimer adalah jenis demensia yang terbanyak, sekitar 60-70 persen.
Masyarakat sering menyebut kondisi ini sebagai pikun. Pikun seringkali dianggap biasa dialami oleh lansia sehingga Demensia Alzheimer seringkali tidak terdeteksi, padahal gejalanya dapat dialami sejak usia muda (early on-set demensia).
Deteksi dini membantu penderita dan keluarganya untuk dapat menghadapi dampak penurunan fungsi kognitif dan pengaruh psiko-sosial dari penyakit ini dengan lebih baik.
Selain itu penanganan Alzheimer sejak dini juga penting untuk mengurangi percepatan kepikunan. Dalam rangka Alzheimer Awareness Month di pada fungsi kognitif September ini, Eisai Indonesia dan Perdossi mengadakan kampanye edukatif, #ObatiPikun dan mengenalkan metode deteksi dini Demensia Alzheimer melalui EMS (E-memory screening).
“Meskipun demensia sebagian besar dialami oleh lansia, kondisi ini bukanlah hal yang normal. Demensia Alzheimer merupakan penyebab utama ketidakmampuan dan ketergantungan lansia terhadap orang lain. Penyakit ini memberikan dampak fisik, psikososial, sosial, dan beban ekonomi tidak hanya bagi penderita tapi juga bagi keluarga dan lingkungan sekitar,” kata Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Perdossi, Dr. dr. Dodik Tugasworo P, SpS(K), Jakarta, Kamis (17/09/2020).
Estimasi jumlah penderita Penyakit Alzhemeir di Indonesia pada 2013 mencapai satu juta orang. Jumlah itu diperkirakan akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada tahun 2030, dan menjadi empat juta orang pada tahun 2050.
Bukannya menurun, tren penderita Demensia Alzheimer di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang Demensia Alzheimer mengakibatkan stigmatisasi dan hambatan dalam diagnosis dan perawatan.
Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat dan tenaga kesehatan secara terus menerus sangat penting. Kolaborasi dengan berbagai pihak dapat memperluas cakupan edukasi.
“Perdossi bersama PT. Eisai Indonesia melakukan kampanye edukatif #ObatiPikun ini dan berharap dapat bermanfaat meningkatkan awareness mengenai Demensia Alzheimer,” tambah Dodik.
President Director PT Eisai Indonesia (PTEI), dr. Iskandar Linardi, mengatakan, PT Eisai Indonesia (PTEI) memiliki filosofi human health care (hhc) dan telah berkontribusi dalam kesehatan masyarakat di Indonesia selama 50 tahun.
PT Eisai Indonesia (PTEI) berkomitmen memberikan edukasi mengenai penyakit Demensia Alzheimer, terutama karena penyakit ini dapat dideteksi sejak awal sehingga bisa secepatnya ditangani. “Menyambut Alzheimer Awareness Month tahun ini dan dalam rangka merayakan 50 tahun PT Eisai Indonesia (PTEI), kami bersama Perdossi mengadakan kampanye edukatif #ObatiPikun dan mengembangkan E-memory Screening (EMS) yang dapat dilakukan oleh dokter dan masyarakat awam untuk mempermudah deteksi Demensia Alzheimer agar bisa dapat segera diobati,” ujar Iskandar. [*]