Terlalu sering mengonsumsi sayur kale bisa membuat kelenjar gondok bengkak dan pencernaan terganggu.
JERNIH– Seiring dengan tren gaya hidup sehat, orang pun berbondong-bondong berburu makanan yang rendah kalori, tinggi zat besi dan vitamin K, kadar lemak nol, dan penuh dengan antioksidan. Itu sebabnya sayur Kale pun kini sangat populer.
Secara nutrisi, kale memiliki kandungan yang sama dengan bayam, salada air dan bit. Secara pengolahan, kale juga sangat bervariasi. Tekstur sayur tidak terlalu layu saat ditumis atau disemur.
Namun, tekstur kale cukup halus ketika digunakan sebagai salad. Rasa pahit kale membuat sayur ini menjadi pasangan ideal saat menyantap protein tinggi dan bisa disamarkan saat diblender bersama dengan buah-buahan dalam segelas smoothies.
Kepopuleran kale ini sering membuat orang melupakan sayuran hijau lainnya seperti bayam, salada air dan daun bit yang sebenarnya pengolahannya lebih mudah, harga lebih murah dan bagi beberapa, secara rasa lebih enak.
Menurut Dailymeal, sayur kale ini sebenarnya tidaklah sesempurna seperti para penganut gaya hidup sehat percaya. Berikut adalah alasannya.
Kebanyakan serat
Untuk meracik kale mentah dalam menu salad, pengolah harus meluangkan waktu untuk “memijat” daun-daun agar lebih lentur. Ini disebabkan karena teksur sayur kale mengandung serat yang kaku, tidak cepat larut dan tidak mudah dikunyah.
Sayur ini akan berjalan di jalur pencernaan secara utuh. Serat yang tidak dapat larut memang diperlukan agar rutinitas BAB atau mod lancar dan dapat meringankan sembelit.
Namun, jika mengkonsumsi kale terlalu banyak, justru akan menyebabkan masalah pencernaan. Jika serat kale tidak dicerna secara benar, ia akan tersangkut di usus, menyebabkan buang angin dan perut kembung.
Kandungan gula tak tercerna
Sayuran seperti brokoli, kubis Brussels, kol dan kale terdiri dari karbohidrat tetapi ada kandungan gula bernama raffinose dalam kale yang sulit untuk dicerna perut.
Perut manusia dan usus kecil kekurangan enzim untuk memecahkan raffinose sehingga gula ini pun bergerak ke bawah ke usus besar secara utuh. Dari situ, raffinose akan berfermentasi dengan bakteri usus kecil menciptakan gas metana dan karbondioksida, yang membuat bengkak, buang angin dan perut kembung.
Mempengaruhi kelenjar gondok
Mirip dengan sayuran sejenis, kale dapat memberi efek buruk pada fungsi kelenjar gondok. Kale diklasifikasikan sebagai makanan goitrogenic, yang artinya mengandung zat yang dapat membuat kelenjar gondok membesar, secara khusus senyawa tiosianat yang jika dalam kuantitas besar dapat mengganggu penyerapan yodium.
Kekurangan yodium dapat menyebabkan hipotirodisme, kondisi dimana kelenjar tiroid gagal memproduksi hormon tiroid yang cukup untuk tubuh berfungsi. Memakan kale dalam porsi normal tidak akan menciptakan resiko, tetapi meminum jus kale yang sangat pekat meningkatkan resiko kekurangan zat besi. [dailymeal.com]