Jakarta – Banyak pemimpin bisnis dan teknologi menyebut pandemi global Covid-19 ini sebagai angsa hitam. Sebuah peristiwa yang sama sekali tidak dapat diprediksi namun kemudian menghancurkan sektor bisnis.
“Yang benar adalah bahwa pandemi global sepenuhnya dapat diprediksi, dan itu adalah risiko yang telah diperingatkan oleh para ahli penyakit menular dan organisasi kesehatan selama bertahun-tahun,” kata Vice President Group Director Forrester Stephanie Balaouras, yang dikutip dari zdnet.com, kemarin.
Ia menilai, apa yang telah terjadi pada banyak perusahaan akibat pandemi ini adalah ketidakmatangan program manajemen risiko perusahaan dan perencanaan serta kesiapan kesinambungan bisnis.
Pada kasus pandemi virus ini, terungkap begitu banyak perusahaan kurang berinvestasi dalam teknologi yang dapat diandalkan untuk mendorong pengalaman karyawan dan keterlibatan pelanggan. Perusahaan tidak memiliki kemampuan untuk mewujudkan misi dan visi terlepas dari segala jenis krisis atau gangguan. Hambatan itu meliputi cuaca ekstrem, pergolakan politik, serangan cyber, atau wabah penyakit berikutnya.
Akibat pandemi di 2020 ini, akan memaksa perusahaan untuk berbenah menjadi lebih tangguh dalam menghadapi risiko sistemik yang berkelanjutan.
“Kami percaya bahwa ketahanan dan kemampuan untuk mewujudkan misi dan visi Anda terlepas dari segala jenis krisis atau gangguan, baik itu cuaca ekstrem, pergolakan politik, serangan cyber, atau wabah penyakit berikutnya – akan menjadi keunggulan kompetitif bagi mereka yang menerimanya sebagai prinsip utama,” katanya.
Perusahaan yang tangguh memiliki strategi dan kerangka kerja untuk melakukan identifikasi dan mitigasi risiko; perencanaan dan kesiapan kesinambungan bisnis yang menyeluruh; krisis yang fleksibel dan kapabilitas respons insiden; dan sistem bisnis yang dirancang untuk redundansi dan ketergantungan.
Ia menyarankan sebagai perusahaan tangguh haruslah:
1. Membangun hubungan yang kuat, terpercaya, dan dapat diandalkan dengan pelanggan;
2. Menjadi majikan pilihan yang dapat dengan mudah merekrut dan mempertahankan talenta terbaik;
3. Melindungi pendapatan dan reputasi mereka selama krisis; dan
4. Pulih lebih cepat dari pesaing mereka.
Teori Angsa Hitam atau Black swan theory merujuk pada peristiwa langka yang berdampak besar, sulit diprediksi dan di luar perkiraan biasa. Teori ini dideskripsikan oleh Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya The Black Swan pada 2007.
Menurut Nassim Taleb, teori Black Swan memiliki ciri-ciri, ada peristiwa acak yang bergerak tidak mengikuti pola, menimbulkan efek atau pengaruh yang besar dalam kehidupan umat manusia, muncul secara mengejutkan, tiba-tiba dan tanpa direncanakan serta terjadi dari hal-hal yang tampaknya mustahil. Setelah muncul baru manusia bisa menjelaskan dengan meninjau kembali ke belakang.
Menurut Taleb, banyak penemuan ilmiah merupakan fenomena “angsa hitam” terjadi dengan tidak disengaja dan tidak diramalkan. Contohnya adalah kemunculan internet, komputer pribadi, Perang Dunia I, dan peristiwa 11 September 2001. [Zin]