Jakarta – Dana Kependudukan PBB (UNFPA) menyebutkan pandemi diperkirakan akan menambah 7 juta Kehamilan Tidak Direncanakan (KTD) secara global. Sedangkan BKKBN menyebutkan, di Indonesia, pandemi Covid-19 berpotensi untuk meningkatkan kehamilan tidak direncanakan di Indonesia sebesar 420 ribu.
“Tidak dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang mengabaikan imbauan untuk menggunakan kontrasepsi pada masa pandemi, padahal kehamilan di masa pandemi memiliki berbagai macam tantangan kesehatan karena akses terhadap layanan kesehatan saat ini lebih banyak diprioritaskan untuk pelayanan pasien dengan indikasi Covid-19,” ujar Basuki Dwi Harjanto, Head of Market Access & Programs DKT Indonesia, dalam keterangannya, kemarin.
Ia menambahkan, selain terjadi kenaikan kehamilan tidak direncanakan selama pandemi Covid-19 juga ada potensi meningkatkan penularan HIV-AIDS, terutama di kalangan ibu rumah tangga dan anak.
“Ibu hamil di masa pandemi banyak yang tidak mendapatkan screening triple elimininasi HIV, Sifilis, dan juga Hepatitis secara menyeluruh, sehingga hal tersebut berisiko untuk meningkatkan penularan kepada janin,” katanya.
Data perkembangan situasi HIV-AIDS terkini di Indonesia, menyebutkan bahwa persentase kasus transmisi HIV pada Januari hingga Maret 2020, 21,8% adalah Ibu hamil. Sementara Ibu Rumah Tangga menjadi profesi ketiga pengidap AIDS tertinggi setelah karyawan dan wiraswasta. 70,4% risiko penularan terbanyak melalui hubungan seksual berisiko.
Menurut jenis kelamin, 67% ODHA adalah laki-laki dan 33% perempuan. Laki-laki mempunyai andil besar dalam upaya pencegahan terhadap ledakan kehamilan tidak direncanakan, penularan HIV-AIDS dari Ibu dan anak, serta pencegahan terhadap Covid-19.
Untuk itu, DKT Indonesia ingin mengkampanyekan 8 peran utama “Lelaki Andalan” dalam keluarga. Sebagai suami, Lelaki Andalan memiliki 8 peran utama dalam hal perlindungan kesehatan keluarga, yaitu: Pertama, membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan ibu hamil. Kedua, merencanakan persalinan aman oleh tenaga medis. Ketiga, menghindari keterlambatan dalam mencari pertolongan medis.
Keempat, membantu perawatan Ibu dan bayi setelah persalinan, Kelima, menjadi Ayah yang bertanggung-jawab, Keenam, mencegah penularan Infeksi Menular Seksual, Ketujuh, menghindari kekerasan terhadap perempuan, serta bias gender. Kedelapan, turut berpartisipasi dalam program KB dengan menggunakan kontrasepsi.
Namun, kesadaran laki-laki untuk menggunakan kontrasepsi masih sangat kurang, terbukti dengan hanya 2,5% laki-laki yang menggunakan kondom dan 0,2% laki-laki yang melakukan vasektomi untuk program perencanaan keluarga mereka2. Bahkan, tak jarang banyak laki-laki yang melarang istrinya untuk berkontrasepsi.
Menurut Dr. Adi Sasongko, pakar HIV Indonesia menyebutkan bahwa hingga saat ini, stigma negatif kondom sebagai sebuah alat kontrasepsi masih menjadi salah satu hambatan terhadap peningkatan penggunaan kondom di Indonesia. Stigma tersebut diakibatkan karena kampanye kondom selalu dikaitkan dengan cara pencegahan penularan HIV-AIDS ke ruang publik, sehingga yang terpatri di masyarakat adalah kondom hanya sebagai “alat kenakalan laki-laki”.
Padahal penggunaan kondom diperlukan sebagai alat triple protections: Pencegahan terhadap Infeksi Menular Seksual & HIV-AIDS, pencegahan terhadap Kehamilan Tidak Direncanakan, serta pencegahan terhadap Covid-193. Faktanya, kondom adalah alat kontrasepsi yang non hormonal, sangat efektif dan efisien, paling mudah didapat dengan harga terjangkau daripada alat kontrasepsi lainnya.
Sementara itu Citra Ayu Mustika sebagai inluencer Instagram, mengatakan, meski kondom bukan sesuatu yang baru, tetapi masih dianggap sebagai sebuah hal yang tabu di masyarakat kita, meskipun bagi pasangan menikah. Tak jarang pasangan enggan menggunakan kondom, karena berfikir bahwa alat kesehatan tersebut dapat mengurangi kepuasan bercinta dengan pasangan.
“Dengan varian Kondom yang bermacam-macam, ada yang berulir berbintil, penahan ejakulasi, kondom dapat dijadikan ‘love instrument’ bagi pasangan yang baru menikah, namun belum punya keinginan untuk punya anak,” papar Citra Ayu selanjutnya.
Mindset masyarakat perlu diluruskan, karena kondom memiliki ketebalan antara 0.05 hingga 0.03 milimeter, sehingga tidak akan mempengaruhi kualitas bercinta pasangan. Selain itu, kondom merupakan alat kontrasepsi yang paling minim risiko, dan tidak memiliki efek hormonal, sekaligus dapat menambah kepuasan bercinta dengan pasangan.
Lebih lanjut, penggunaan kondom juga membiasakan laki-laki untuk lebih bertanggung-jawab dan tidak egois. Karena selama ini, kesadaran penggunaan alat kontrasepsi titik-beratnya ada pada kaum perempuan. [*]