Site icon Jernih.co

Penyakit Jantung Juga Mengincar Usia Muda, Apa Solusinya?

JERNIH – Penyakit jantung mulai banyak menyerang usia muda. Hal ini mengigat kaum muda termasuk di Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan kesehatan pada kaum muda, di antaranya adalah gaya hidup tidak sehat.

Lihat saja kebiasaan merokok, kurang bergerak, makanan yang tidak sehat dan proposional, yang menyebabkan penyakit yang menjadi gaya hidup anak-anak remaja. Padahal hal itu bisa menjadi pemicu penyakit jantung.

“Penyakit jantung adalah termasuk salah satu penyakit tidak menular yang disebabkan oleh: pola makan tidak sehat (GGL berlebihan), kurangnya atktivitas fisik, merokok, berat badan berlebih, peningkatan tekanan darah, dan prediabetes,” ujar dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementrian Kesehatan RI saat webinar memperingati Hari Jantung Indonesia yang digelar Yayasan Jantung Indonesia bertema ‘Penyakit Jantung Menyerang Anak Muda Apa Solusinya?’, di Jakarta, kemarin.

Berdasarkan estimasi Kementerian Kesehatan 2013, sebanyak 39 persen penderita jantung di Indonesia berusia kurang dari 44 tahun. Yang mengejutkan, 22 persen di antaranya berumur 15–35 tahun, yang merupakan masa fisik produktif dalam kehidupan manusia.

Jumlah penderita jantung tertinggi ada pada kelompok usia 45–65 tahun. Persentasenya 41 persen. Selisih yang tak berbeda jauh antara umur 45 tahun ke bawah dan 45 ke atas jadi penegas bahwa tren resiko penyakit jantung datang pada usia produktif semakin meningkat.

Indonesia merupakan negara keempat di dunia dengan populasi terbesar di dunia dengan jumlah penduduk berdasarkan Survei Penduduk Antarsensus (Supas) tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa.

Di tahun 2035 Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi. Jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) pada periode tersebut diperkirakan mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diperkirakan sebesar 297 juta jiwa berdasarkan prediksi Bappenas tahun 2017.

Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 19 tahun, sedang menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun. Diprediksi jumlah penduduk usia remaja di Indonesia akan mencapai hampir 30% dari total penduduk pada saat bonus demografi terjadi.

Sementara dr. Vito A. Damay, SpJP (K), Mkes, FIHAA, FICA, FAsCC yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut mengungkapkan biasanya orang tidak menyadari bahwa dia menderita penyakit karena keluhannya tidak khas atau tidak terasa. Mereka baru akan menyadari kalau menderita penyakit jantung setelah mengalami serangan hebat.

“Untuk itu salah satu cara utama untuk mencegah penyakit jantung selain menjaga pola hidup sehat adalah dengan deteksi awal melalui medical checkup,” kata dr. Vito.

Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia, Esti Nurjadin mengatakan yayasan Jantung Indonesia mengkampanyekan pentingnya pencegahan penyakit jantung dan kardiovaskular dengan fokus utama pada generasi muda yang masih di usia produktif. “Program Yayasan Jantung Indonesia adalah mengajak generasi millennial untuk menjadi agen-agen perubahan di bidang kesehatan jantung sehingga bisa menjadi smart influencer untuk lingkungan keluarganya, lingkungan tempat kerja, lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekolah baik melalui media virtual maupun tradisional,” katanya.

Bagaimana generasi muda untuk menekan prevalensi penyakit jantung? Dr Tara Kessaram, MBBS, MPH, FNZCPHM, Team Lead, Noncommunicable Diseases and Healthier Population, WHO Indonesia memberikan beberapa contoh yang bisa kita lakukan seperti:

1.     Jauhi rokok

2.     Beraktivitas fisik secara rutin

3.     Menjalani diet sehat

4.     Mengkampanyekan gaya hidup sehat melaui kegiatan-kegiatan positif di lingkungan mereka.

Pemeriksaan kesehatan secara rutin sejak dini juga merupakan bagian penting dari pencegahan penyakit jantung. Yayasan Jantung Indonesia memberikan edukasi mengenai pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin sebagai skrining atau deteksi dini dari penyakit jantung dan kardiovaskular. Yayasan Jantung Indonesia terus meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa penyakit jantung bukan hanya penyakit para manula tapi bisa menyerang siapa saja. [*]

Exit mobile version