Jakarta – Kebutuhan telur ayam makin meningkat setiap tahun. Konsumsi telur nasional pada 2017 mencapai 1,5 juta ton dan terus bertambah. Bahkan masyarakat membutuhkan 6,53 kg telur perkapita per tahunnya. Diprediksi kebutuhan telur ayam ras pada 2021 mencapai 1,72 juta ton.
Sebuah peluang bisnis yang menggiurkan terutama bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Bisnis ayam petelur masih menjadi primadona di sektor peternakan dibandingkan ayam pedaging atau ayam kampung. Penyebabnya tidak lain karena komoditas telur dapat digunakan untuk beragam hal terutama untuk membuat berbagai jenis makanan.
Keunggulan lainnya, ayam petelur cenderung memberikan pendapatan yang stabil karena bisa dipanen setiap hari, sehingga cash flow yang dihasilkan juga tinggi. Lain halnya dengan ayam broiler yang perlu menunggu setidaknya 35 hari setiap siklusnya.
Sementara ayam petelur memiliki masa produktif yang lama yaitu sekitar 1,5-2 tahun. Pemilik usaha tidak perlu repot mencari bibit setiap kali masa panen tiba. Puncak produksi dapat dicapai pada minggu 90. Selama masa produktif tersebut, Anda bisa terus memanen telur ayam setiap harinya.
Hal inilah yang menjadikan bisnis ayam petelur sangat layak untuk dikembangkan. Salah satunya adalah peternak perempuan tangguh asal Blitar, Jawa Timur, Sumiati. Usaha Sumiati telah berjalan hampir 17 tahun. Tentunya banyak suka dukanya dalam menggeluti usaha ini.
Sukanya yang dirasakan Ibu Sum, tak lain adalah perkembangan yang sangat pesat dengan usaha yang dirintisnya ini. Bahkan saat ini Ibu Sum juga sudah mencoba mengelola ternak bebek petelur untuk menambah penghasilannya.
Keuletan, pantang menyerah dan ketekunan. Tiga kekuatan itulah yang diramu Sumiati, pengusaha Kota Blitar, Jawa Timur dalam menjalankan usahanya.
Setelah usahanya besar seperti sekarang ini, Sumiati tidak melakukan transaksi jual beli telur, artinya saat ini Sumiati hanya menjual telur-telurnya saja. Lain halnya pada waktu usahanya belum besar, kerap kali ia membeli telur dari peternak-peternak lainnya, untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Suatu ketika pernah terjadi harga telur yang melambung tinggi, kira-kira terjadi pada tahun 2014. Otak bisnisnya langsung bersinar kala itu, dia berpikir kalau punya telur dalam jumlah banyak, tentu ini akan menguntungkan.
Akhirnya ia pun menambah ayam-ayam petelur yang siap bertelur. Namun untuk memenuhi keinginannya, Sumiati tidak siap dengan biaya yang dianggapnya terlalu mendesak. Selanjutnya dicari lembaga pembiayaan yang bisa mewujudkan niat nya.
Ibu Sumiati bergabung dengan KSP Sahabat Mitra Sejati sejak 2014. “Tidak disangka, proses penambahan modal kerja langsung disetujui oleh Sahabat UKM. Langsung saya belikan polet atau ayam siap bertelur. Alhamdulillah telur-telur saya bisa mengikuti harga telur yang sedang melambung saat itu,” lanjut Ibu Sum, seperti dikutip dari sahabat-ukm.com. [*]