Pemerintah sudah menggelontorkan dana sebesar Rp 48 triliun untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang 20 hingga 30 persennya justru digunakan bagi perawatan pasien akibat rokok.
JERNIH – Lagi-lagi perokok harus dimusuhi karena menikmati kepulan asap tembakau yang dihisapnya. Kali ini sindiran datang dari Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang menuding perokok merupakan pihak paling membebani anggaran pemerintah.
Dasar tudingan itu, pemerintah sudah menggelontorkan dana sebesar Rp 48 triliun untuk Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang 20 hingga 30 persennya justru digunakan bagi perawatan pasien akibat rokok.
Lebih jelasnya kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, ongkos yang dikeluarkan pemerintah untuk mengobati penyakit yang diderita perokok, mencapai Rp 17,9 triliun hingga Rp 27,7 triliun per tahun. Dari jumlah itu, Rp 15,6 triliun di antaranya merupakan biaya perawatan yang dikeluarkan BPJS Kesehatan.
Makanya, Sri Mulyani sudah membulatkan tekad menekan perokok di Indonesia menggunakan instrumen kenaikan cukai hingga 12 persen.
Tudingan Menkeu Sri tersebut, rupanya mendapat tanggapan bahkan kritik tajam dari masyarakat.
“BPJS itu tidak gratis, baik bagi perokok atau pun bukan, bahkan mahal bayarannya. (Kemudian) Cukai dari rokok meliputi lebih daripada 90 persen cukai yang diterima pemerintah. Jadi yang membebani rakyat pembayar pajak Indonesia itu siapa?,” kata sastrawan Saut Situmorang dalam cuitan di akun twitter @AngrySipelebegu.
Dari data APBN yang disuguhkan Kementerian Keuangan, penerimaan cukai rokok hingga Oktober 2021, mencapai Rp 143,78 triliun. Angka tersebut sudah menyentuh 82,74 persen dari target yang dipatok sebesar Rp 193 triliun.
Sedangkan dari total penerimaan cukai, rokok justru menyumbang 96,6 persen. Sementara terhadap keseluruhan penerimaan negara sendiri, rokok berkontribusi sebanyak 11,26 persen.
Tapi, apakah ancaman Sri Mulyani tersebut semata guna mendulang uang dalam upayanya menambal defisit, atau betul-betul sedang mengancam perokok di Tanah Air? [ ]