Juli lalu tweet Elon Musk juga mencuitkan,”Nikel adalah tantangan terbesar untuk baterai jarak jauh volume tinggi,”kata Musk. Ia menambahkan bahwa produksi nikel di Australia, Kanada, dan Indonesia berjalan baik, tetapi di AS, “secara obyektif sangat timpang”.
JERNIH—Alih-alih memilih Indonesia, produsen nikel terbesar di dunia, Tesla pada Kamis (4/3) lalu memilih untuk bermitra dengan tambang nikel di Kaledonia Baru (New Caledonia). Tesla tidak akan memiliki saham di perusahaan tambang yang dimiliki raksasa pertambangan Brasil, Vale, tersebut, kecuali menjadi mitra dan penasihat.
Perjanjian tersebut memungkinkan Tesla memastikan pasokan nikel—bahan kunci dalam produksi baterei lithium-ion untuk mobil listrik—di tengah kekuatiran perusahaan mobil listrik terkemuka itu untuk pasokan nikelnya.
“Nikel adalah perhatian terbesar kami untuk meningkatkan produksi sel lithium-ion,” twit Elon Musk di Twitternya, 25 Februari lalu.
Tambang nikel Goro, milik Vale di pulau Pasifik tersebut berada dalam wilayah luar negeri Prancis. Reuters melaporkan, Tesla akan membantu dengan produk dan standar keberlanjutan, serta menjamin pembelian nikel untuk produksi baterai, sementara Vale harus menjamin ketersediaan pasokan. Perjanjian juga dilakukan Tesla dengan pemerintah New Caledonia.
Juli lalu tweet Elon Musk juga mencuitkan,”Nikel adalah tantangan terbesar untuk baterai jarak jauh volume tinggi,”kata Musk. Ia menambahkan bahwa produksi nikel di Australia, Kanada, dan Indonesia berjalan baik, tetapi di AS, “secara obyektif sangat timpang”.
Sebenarnya telah terjadi kerusuhan besar di wilayah tersebut sejak Vale dan negara Prancis memutuskan untuk menjual tambang nikel itu ke pedagang komoditas Swiss, Trafigura pada awal Desember lalu. Hal ini memicu pemogokan dan protes dari kelompok pro-kemerdekaan, yang memaksa Vale untuk menutup situs tersebut pada bulan yang sama.
Perjanjian yang dikutip Reuters menyatakan, kesepakatan baru itu menyatakan kepemilikan 51 persen saham dalam operasi Vale dapat dipegang oleh otoritas New Caledonia dan kepentingan lokal lainnya. Trafigura diharapkan memiliki 19 persen saham– kurang dari 25 persen yang direncanakan dalam perjanjian penjualan awal dengan Vale.
Tesla tidak akan memiliki saham, hanya kemitraan yang akan mengamankan rantai pasokan baterai listriknya saat meningkatkan produksi. “Tugas kami sekarang adalah menyelesaikan setiap dan semua item yang belum terselesaikan untuk memungkinkan transaksi secara resmi selesai,” kata Vale dalam pernyataan yang dikirim melalui email kepada Reuters.
Sebelumnya, menurut Ketua Tim Percepatan Proyek Baterei Kendaraan Listrik, Agus Tjahajana, Indonesia telah menyusun rencana “pembangunan ujung-ke-ujung” yang akan melihat empat perusahaan negara memasok bijih nikel, memproses nikel sulfat dan kobalt sulfat, dan kemudian memproduksi katoda dan baterai.
Indonesia, lokasi seperempat cadangan nikel dunia, telah mengarahkan pandangannya untuk meningkatkan rantai pasokan menjadi pusat global untuk pembuatan baterai. Lonjakan permintaan baterai, yang digunakan untuk menggerakkan segala sesuatu mulai dari ponsel hingga kendaraan listrik, telah menjadi penarik bagi ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu untuk mencari jalan keluar dari resesi.
Dalam enam bulan terakhir, kata Agus saat itu, setidaknya dua “mitra potensial yang sangat serius” ditetapkan untuk menjadi mitra dalam rantai pasokan, sementara satu “pendatang baru” mungkin bergabung.
Proyek potensial tersebut antara lain pabrik 195 gigawatt hour dengan kapasitas produksi 150 ribu ton bijih nikel per tahun. Sekitar 70 persen dari produksinya akan digunakan untuk pasar kendaraan listrik yang baru lahir di Indonesia, sedangkan sisanya akan diekspor dalam bentuk sel. Pabrik, yang bernilai lebih dari 17 miliar dolar AS itu, akan menjadi investasi bersama dengan mitra asing.
Pemerintah telah meminta beberapa produsen baterai top dunia seperti China’s Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. dan LG Chem Ltd. dari Korea Selatan untuk mendirikan toko, sementara kata Agus, pembicaraan dengan Tesla juga sedang berlangsung.
“Kami siap Tesla masuk kemana saja,”kata dia. “Kami akan siapkan lahannya. Tesla tinggal memilih apakah mau bermitra dengan PLN atau Pertamina.” [Reuters/business insider/Bloomberg]